Welcome To WaroyJohn Blog

Manusia Dan Penderitaan

Sabtu, November 07, 20150 komentar

"Sebab aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18)

A. Definisi Penderitaan

Penderitaan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa sanskerta, "dhra" yang artinya menahan atau menanggung sesuatu yang menyakitkan dan tidak menyenangkan, yang terjadi baik secara jasmani ataupun rohani. Istilah Yunani yang sering menggambarkan penderitaan ialah "paskho" dan "thlipsis". "Paskho" sering digunakan untuk menunjukkan penderitaan Yesus, yakni penderitaan yang disebabkan oleh usaha pribadi yang hendak menanggung beban seseorang. Dalam hal Yesus, beban dosa semua manusialah yang harus ditanggung. Selain itu, kata ini juga digunakan untuk menunjukkan tindakan seseorang yang menyebabkan orang lain menderita, yang juga menyebabkan penderitaan bagi dirinya sendiri (akibat perbuatannya tersebut). Adapun kata Yunani "thlipsis" umumnya digunakan untuk menunjukkan tekanan atau beban berat bagi hati orang. Kata ini juga dipakai untuk menjelaskan siksaan besar yang akan diterima setiap orang berdosa. Melalui ketiga istilah tersebut dapat dikatakan bahwa penderitaan itu berkaitan erat dengan tekanan atau beban berat yang menimpa seseorang karena sakit, dukacita, siksaan, dosa, dan sebagainya, yang bersumber dari luar seseorang maupun dari dalam diri orang itu sendiri.

B. Jenis Penderitaan

1. PENDERITAAN KARENA DOSA
Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa penderitaan masuk ke dalam dunia sebagai akibat dari jatuhnya manusia ke dalam dosa, walaupun sekarang tidak dapat dikatakan bahwa semua penderitaan disebabkan semata-mata karena dosa. Tuhan berkata bahwa Adam dan Hawa akan mengalami bermacam penderitaan sebagai konsekuensi dosa yang mereka lakukan (Kej 3:15-19). Raja Saul yang gagah perkasa pun masuk ke dalam penderitaan yang berkepanjangan karena pemberontakannya kepada Tuhan (1Sam 15). Peristiwa kejatuhan Daud dalam dosa zina bersama Batsyeba telah membuatnya sangat menderita sehingga ia meminta kepada Allah agar Ia menghapus dosanya. Daud berseru, "Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku. Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku" (Maz 51:3, 4 dan seluruh ayat pasal ini). Baik Adam, Saul, maupun Daud, dan banyak tokoh Alkitab lainnya, semuanya menderita karena dosa. Dosa membuat seseorang diasingkan oleh Allah. Itulah penderitaan sejati. Selain itu, dosa menyebabkan manusia hanya melihat kegelapan. Sama seperti orang buta yang tidak dapat melihat, demikian pula orang berdosa menderita karena tidak mampu melihat terang Allah. Perbuatan dosa juga menyebabkan nurani manusia terus tertuduh, perasaan bersalah yang berkepanjangan, dan semua itu mendatangkan penderitaan batin.

2. PENDERITAAN KARENA SAKIT
Penyakit fisik juga dapat menyebabkan orang menderita. Seorang ibu menderita sakit kanker stadium empat. Kekayaannya habis untuk mengobati tubuhnya. Tubuhnya sendiri menderita kesakitan dan kondisinya semakin merosot akibat penyakit tersebut. Suami dan anak-anak yang sudah besar harus mengorbankan studi dan pekerjaannya demi mencari uang dan menyediakan waktu yang cukup banyak untuk istri dan ibu tersayang. Akhirnya, ibu ini meninggal dunia dan keluarga diwarisi hutang yang tidak sedikit. Sakit penyakit, apalagi yang berat dan berkepanjangan, akan menimbulkan penderitaan, baik bagi si penderita, maupun orang-orang di sekitarnya. Orang-orang yang memiliki cacat tubuh, apakah karena bawaan sejak lahir atau karena sesuatu musibah, juga memiliki penderitaan karena cacatnya. Penderitaan orang cacat lebih banyak mengena pada aspek psikisnya. Jadi, sebenarnya sakit dapat menyebabkan penderitaan baik fisik maupun psikis manusia. Ayub merupakan salah satu contoh tokoh Alkitab yang menderita karena sakit penyakit. Sakit dapat menghampiri siapa saja, di mana saja, dari golongan apa saja.

3. PENDERITAAN KARENA ALAM
Alkitab mencatat bahwa Adam dan Hawa akan bersusah payah, menderita dalam mencari makanan dari alam. "Terkutuklah tanah karena engkau. Dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu" (Kej 3:17). Dalam perspektif jauh dari iman, dapat saja orang mengatakan bahwa sepertinya Tuhan tidak adil. Ada kalanya alam yang satu jauh lebih subur, sedangkan tanah yang lain tandus. Seperti negara Etiopia dan Somalia mengalami tragedi kemanusiaan, yakni kelaparan yang berkepanjangan karena alam mereka tampaknya tidak bersahabat. Pada kesempatan lain, manusia dapat menderita karena bencana alam, apakah itu karena angin topan, banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan bermacam-macam gejolak alam lainnya. Akhirnya, manusia bertanya kepada Tuhan seperti yang dikutip dari lagu Ebiet G Ade, "Mengapa di tanahku terjadi bencana, mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang." Ada alam tertentu yang biasa terjadi gempa bumi sehingga penduduknya lebih siap siaga seperti negara Jepang misalnya, yang sering dilanda gempa bumi. Namun, tidak jarang juga bencana alam itu datangnya tiba-tiba tidak dapat diprediksi sebelumnya. Siap atau tidak siap, bencana alam selalu menghantui umat manusia dan itu dapat menimbulkan tragedi kemanusiaan, penderitaan yang hebat.

4. PENDERITAAN KARENA DIRI SENDIRI
Socrates yang mewakili dunia filsafat pernah mencoba menemukan apa yang sebenarnya menjadi sebab utama kegelisahan dan penderitaan manusia, ternyata ia mendapati bahwa kedua hal tersebut lebih banyak disebabkan oleh manusia tidak menyadari dirinya sendiri. Oleh karena itu, Socrates mengemukakan pernyataan yang amat terkenal, "Know your self," kenalilah dirimu sendiri dan engkau akan mendapatkan banyak kebahagiaan. Ilmu psikologi tampak searah dengan Socrates sehingga muncul ungkapan, "Be your self". Tidak menjadi diri sendiri membuat manusia sering frustasi, stres, dan mengalami banyak kegelisahan. Dunia hiburan mengatakan, "show your self" sebagai kunci sesungguhnya yang membuat orang dapat tampil secara maksimal. Agama-agama memiliki falsafah, "Give yourself" untuk menunjukkan bahwa diri sendiri adalah yang terbaik yang dapat diberikan kepada Tuhan. Ketika Yesus Kristus datang dan melihat bahwa persoalan diri merupakan persoalan besar yang dapat menghambat pertumbuhan seseorang, Ia berkata, "Deny yourself".

Yesus Kristus waktu datang melihat bahwa diri sendiri adalah persoalan besar yang dapat menghambat seseorang sehingga Ia berkata, "Deny yourself" Orang tidak akan menderita karena apa yang terjadi, tetapi menderita karena pendapatnya sendiri tentang apa yang terjadi, demikian kata Montaigne. Ungkapan-ungkapan tersebut mempunyai garis lurus yang dapat disimpulkan bahwa diri sendiri adalah persoalan besar setiap manusia. Perasaan takut, khawatir, rasa bersalah yang tidak benar, sikap hati yang tidak mau mengampuni dan belajar melupakan kesalahan orang lain, kemalasan, iri hati, dan sebagainya adalah bentuk persoalan yang lebih banyak bersumber dari diri sendiri yang akhirnya menyita waktu, tenaga, pikiran bahkan harta dan membuat hidup tidak bergairah serta tidak menentu. Jika tidak segera diatasi, orang akan jatuh pada fobia, stres, depresi, frustasi, dan berbagai macam persoalan psikis lainnya, yang pada akhirnya dapat saja memengaruhi kondisi fisik orang itu sendiri. Sedikit introspeksi pada diri sendiri akan mengungkapkan fakta bahwa "you are your own most difficult problem," diri sendiri adalah masalah yang paling sulit bagi setiap manusia.

5. PENDERITAAN KARENA SESAMA
Manusia adalah serigala bagi sesamanya. Ungkapan ini hendak menjelaskan bahwa seseorang diri pun bisa mendatangkan kerugian bagi sesamanya demikian juga sebaliknya. Itu sebabnya dalam dunia politik pun tidak dikenal adanya kawan sejati, juga tidak ada musuh sejati. Yang ada hanyalah kepentingan sejati. Manusia dapat menderita karena perbuatan sesamanya, misalnya ditipu, diperas, dibunuh, difitnah, dilecehkan, disakiti, disiksa, dimanfaatkan, dan lain sebagainya. Persoalan bangsa, masyarakat dan sosial adalah persoalan antar manusia yang selalu hadir dalam kehidupan manusia, dan persoalan antarmanusia selalu bertambah pelik dan kompleks. Persoalan antarmanusia sering mendatangkan penderitaan yang berkepanjangan. Sumber dari persoalan antarmanusia adalah kesombongan dan sikap egois pada tiap-tiap orang yang sudah rusak total karena dosa. Dunia tiba-tiba diguncangkan aksi terorisme yang menabrakkan pesawat terbang di gedung tinggi WTC di New York dan juga di markas angkatan bersenjata Amerika di Pentagon. Aksi ini menelan korban lebih dari sepuluh ribu orang, mendatangkan kerugian secara material yang tidak sedikit, juga ikut mengguncangkan ekonomi dunia. Suatu tragedi kemanusiaan yang mengenaskan yang dilakukan oleh manusia yang sudah memendam kebencian. Pemerintah Amerika akhirnya mencanangkan perang terhadap teroris dan juga negara yang mencoba untuk melindungi teroris. Hal ini tentu juga membawa penderitaan banyak orang lagi.

6. PENDERITAAN KARENA PERPISAHAN
Perpisahan adalah kenyataan yang tidak dapat ditolak manusia. Semua manusia pasti pernah mengalaminya dan masih akan terus mengalaminya. Dengan orang-orang yang dekat, perpisahan itu mendatangkan kesedihan, perasaan bersalah, kesepian, atau dukacita yang membuat penderitaan tersendiri. Putus cinta merupakan penderitaan bagi yang mengalaminya. Ada lagu mengatakan, "lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati ini." Perpisahan karena meninggalnya orang yang dikasihi mendatangkan perasaan duka yang mendalam. Perpisahan yang terjadi karena suatu bencana atau peristiwa dapat menimbulkan penderitaan karena rindu yang mendalam untuk bertemu. Perceraian orang tua bisa menimbulkan kehancuran keluarga (broken home bagi anak-anak. Perceraian akan merusak pribadi orang-orang yang terlibat di dalamnya. Dengan kata lain, semua manusia pasti pernah dan masih akan menjumpai lagi penderitaan karena perpisahan.

7. MENDERITA KARENA TUHAN
Ada dua jenis penderitaan bila berkenaan dengan Tuhan.
  • Pertama : Penderitaan karena ujian dari Tuhan atau karena risiko mengikut Tuhan.
  • Kedua : Menderita karena menerima hukuman dari Tuhan.
Namun, yang akan dibahas dalam pokok ini ialah penderitaan sebagai murid Kristus. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat" (Mat 5:10, 11). Dari delapan ucapan bahagia, bagian yang terakhir ini harus diakui telah membuat setiap murid Tuhan yang membaca atau mendengarkannya harus berhenti sejenak dan merenungkannya dengan serius. John Mac Arthur mengomentari ayat ini dengan berkata, "Mukadimah peraturan Tuhan dalam khotbah di bukit itu dipuncaki dengan kebenaran besar dan serius ini: mereka yang dengan setia hidup sesuai ketujuh ucapan bahagia yang pertama dijamin pada titik tertentu untuk mengalami yang kedelapan. Mereka yang hidup benar akan tak terhindarkan dianiaya karenanya."

Setiap orang yang berkata, "Aku mau mengikut Engkau ke mana pun Engkau pergi" harus hertanya pada diri sendiri, "Siapkah saya menderita?" Kebenaran ini sangat mahal harganya. Bisa jadi harus dibayar dengan nyawa. Tetapi pengorbanannya itu sungguhlah mulia. Murid Yesus harus sampai pada kesiapan membayar harga itu demi Tuhan dan Juru Selamatnya. Seseorang mungkin berpikir bahwa orang-orang yang rendah hati, murni, dan suka damai akan disukai dan dihormati. Tetapi Yesus memperingatkan untuk mengharapkan hal yang sebaliknya. Yesus sedang berbicara bukan hanya mengenai penganiayaan biasa, tetapi penganiayaan oleh sebab kebenaran. Ini bukanlah penganiayaan yang dialami seseorang karena kesalahannya sendiri, yang memang sudah seharusnya ia tanggung, tetapi penganiayaan yang dialami seseorang oleh karena melakukan kehendak Tuhan. Penganiayaan yang tidak seharusnya ia tanggung, tetapi rela ditanggungnya demi kebenaran. Terhadap mereka inilah Tuhan berkenan. Yesus menyediakan Kerajaan Surga dan menghargai mereka yang punya hati seperti demikian. Sebagaimana komentar John Mac Arthur di atas, tidak seorang pun akan terhindar dari penganiayaan meskipun telah menjalankan perkataan Yesus di atas bukit itu. Penyiksaan terhadap misionaris, penghinaan, penghambatan karir karena iman Kristen, penolakan, pengasingan oleh teman-teman dan lingkungan, bahkan penganiayaan karena mengikut Kristus adalah konsekuensi yang bisa saja terjadi pada orang percaya.

C. Bagaimana Menghadapi Penderitaan

Biasanya orang yang mengalami penderitaan sering mengeluh. Padahal mengeluh bukanlah jalan yang baik untuk melepaskan diri dari penderitaan. Sebaliknya, dengan mengeluh beban penderiitaan yang dialami seseorang malah sering bertambah. Oleh karena itu, langkah yang bijaksana adalah dengan mengetahui bagaimana kita dapat bertahan menghadapi penderitaan. Prinsipnya ialah
  • Prinsip Pertama : Terimalah penderitaan sebagai konsekuensi hidup yang harus kita jalani.
Alkitab berkata dengan gamblang bahwa setiap orang pasti mengalami penderitaan, tidak terkecuali pengikut Kristus (Rom 8:22-23). Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa semua makhluk sama-sama mengeluh. Kata mengeluh tersebut berarti merintih dengan amat sangat karena penderitaan hidup. Ditambahkan oleh Paulus dalam ayat tersebut bahwa sama seperti seseorang yang hendak melahirkan tidak mungkin lolos dari sakit bersalin, demikian juga setiap orang dari penderitaan. Banyak orang, termasuk orang Kristen, telah mencoba untuk menghindar dan mengabaikan penderitaan untuk mengenyahkan penderitaannya. Tetapi usaha-usaha tersebut justru akan melahirkan penderitaan yang baru sehingga beban penderitaan yang harus ia tanggung semakin banyak. Namun, suka atau tidak, setiap orang pasti berjumpa dengan penderitaan. Bagaimanapun jenis dan ukuran penderitaan seseorang, setiap orang pasti mempunyai bagiannya masing-masing. Dengan menerima penderitaan yang menjadi konsekuensi hidup yang harus dijalani, seseorang akan lebih dapat melihat cara-cara kreatif untuk mengatasi penderitaan yang sedang dialaminya. Ketabahan, ketekunan, serta semangat untuk berjuang mengatasi penderitaan selalu ada pada orang-orang tersebut.
  • Prinsip Kedua : Tuhan pasti melihat dan menolong pengikut-Nya dalam penderitaan yang mereka alami.
Yesus berjanji untuk menyertai kehidupan setiap orang percaya. Oleh karena itu, dalam penderitaan yang tidak gampang, Paulus dapat berkata, "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filp 4:13). Ada sebuah lagu yang sangat terkenal dan selalu menimbulkan ketenangan hati. Lagu itu berjudul "Yesus Sahabat Sejati" (oleh oknum plagiat Indonesia, lagu ini kemudian dijadikan lagu yang menggugah semangat kebangsaan, lagu itu berjudul "Kulihat Ibu Pertiwi sedang bersusah hati").

Mari kita lihat sejenak lagu tersebut dalam bahasa aslinya (Inggris).

What A Friend We Have In Jesus (by Joseph Scriven, 1819-1886)

What a Friend we have in Jesus, All our sins and griefs to bear!
What a privelege to carry, Everything to God in prayer!
O what peace we often forfeit, O what needless pain we bear,
All because we do not carry, Everything to God in prayer!
Have we trials and temptation? Is trouble any where?
We should never be discouraged, Take it to the Lord in prayer!
Can we find a friend so faithful, Who will all our sorrows share?
Jesus knows our every weakness, Take it to the Lord in prayer!
Are we weak and heavy laden, Cumbered with a load of care?
Precious saviour still our refuge, Take it to the Lord in prayer!
Do thy friends despise forsake thee?, Take it to the Lord in prayer!
In His arms He’ll take and shield thee, Thou wilt find a solace there.


Joseph Scriven, pengarang lagu ini, berasal dari Irlandia. Ia seorang yang mengalami persahabatan dengan Yesus, yang selama hidupnya dipenuhi dengan banyak masalah dan penderitaan. Tahun 1840, ketika umurnya belum genap dua puluh tahun, calon istrinya meninggal akibat kecelakaan pada malam sebelum pemberkatan nikah mereka. Sesudah itu, kariernya di dunia militer harus kandas akibat kondisi tubuhnya yang terus memburuk.

Beberapa waktu kemudian ia pindah ke Kanada. Ia menjadi pelayan dari orang - orang yang tidak beruntung (orang-orang cacat dan kaum miskin). Setelah itu, dia mendapatkan calon istri lagi, tetapi tampaknya penderitaan adalah takdir dalam hidupnya. Kembali, sebelum pernikahan calon istrinya meninggal secara mendadak dengan sakit yang tiba-tiba (hanya sekitar beberapa menit). Persiapan pernikahan telah dilakukan, tetapi Tuhan menentukan hal yang berbeda. Ia adalah seorang yang sangat terpukul. Selanjutnya, dalam masa-masa hidupnya, ia adalah orang yang kesepian, yang hampir selalu menerima ketidakadilan, serta terus-menerus dirundung sakit/problem kesehatan. Umur 67 tahun ia meninggal. Sebuah monumen kemudian didirikan untuk menghormati dia di Port Hope, Ontario — USA.

Mengapa ia bisa tegar menjalani hidup yang tidak mudah, bahkan lebih daripada itu, menjadi kesaksian bagi banyak orang, menolong banyak sekali orang yang kesusahan, dan membawa banyak jiwa kepada Kristus? Ternyata (menurut banyak kesaksian), ia adalah orang yang begitu bersahabat dengan Tuhan Yesus, yang direfleksikan dalam kehidupannya sehari-hari dalam ibadah dan pergaulan dengan orang-orang pada umumnya. Selain itu, yang pasti, Yesus mengambil inisiatif dalam persahabatan tersebut. Lagu ini mulai mendunia sejak ditangani oleh komposer yang cukup handal pada zamannya, Charles Converse. Daripada terus mengeluh karena penderitaan hidup kita, lebih baik kita datang dan berharap kepada Tuhan Yesus, dan kita akan merasa bahwa Ia sungguh sahabat yang sejati. Keyakinan bahwa Tuhan pasti menolong seorang yang menderita sehingga tidak putus asa, stres, maupun depresi bukanlah keyakinan yang keliru. Karena Tuhan Yesus, Sahabat sejati itu, akan menolong tepat pada waktu-Nya.
  • Prinsip yang ketiga : Percayalah bahwa Tuhan mempunyai maksud dalam segala penderitaan yang kita alami.
Paulus berkata, "Kita tahu sekarang bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rom 8:28). Allah yang mengizinkan penderitaan mampir dalam hidup kita, Ia pula yang merancang segala sesuatu untuk kebaikan kita. Apa pun penderitaan yang dialami oleh orang percaya tidak terlepas dari kontrol Allah. Bahkan Tuhan mampu mengubah keadaan yang terburuk sekalipun untuk mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya. Yusuf adalah contoh nyata dalam Perjanjian Lama. Ia dibuang oleh saudara - saudaranya dan kemudian masuk dalam penderitaan demi penderitaan di tanah Mesir. Namun, melalui hal itu Tuhan mendatangkan suatu kenyataan sebaliknya, bahwa Yusuf akhirnya diangkat menjadi seorang penguasa di tanah Mesir. Akhirnya, ia pun dapat menolong saudara-saudaranya yang dulu telah membuangnya dengan penuh kebencian, namun kini datang dengan meminta bantuan pangan. Yusuf memiliki perspektif yang baik, bahwa Tuhan punya maksud di balik setiap penderitaan hidupnya. Seharusnya, ia dapat saja membalas saudara-saudaranya yang datang kepadanya. Sebaliknya, ia berkata, "Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan jangan menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu" (Kej 45:5). Yusuf yakin kendati orang berbuat jahat sekalipun terhadap dirinya, Allah dapat memanfaatkannya untuk mendatangkan kebaikan. Hal ini tampak dalam ucapannya, "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar" (Kej 50:20).

D. Manfaat Penderitaan

Apa pun sebab dan jenis penderitaan yang kita alami pasti akan bermanfaat jika kita menyerahkan itu semua ke dalam tangan Tuhan. Ovid berkata, "Pikullah segala penderitaan dengan penuh ibadah kepada Tuhan; penderitaan itu mungkin pada saatnya akan menguntungkan Anda." Seorang rohaniawan pernah mengalami masa-masa sulit dalam pelayanan. Kesulitan itu lebih banyak karena disalahpahami oleh orang dan orang tersebut membentuk opini di kalangan lebih banyak orang. Rohaniawan itu menyadari bahwa opini tersebut juga bisa jadi tidak terlepas dari peran dan kesalahannya. Namun, keadaan bertambah semakin sulit karena apa pun yang dilakukannya hampir selalu dipandang negatif. Ia berdoa, namun tampaknya Tuhan tidak menjawab doanya. Setelah memakan waktu yang tidak sedikit, ia memperoleh panggilan Tuhan untuk melayani di ladang misi. Ia tidak senang dengan panggilan itu, namun keadaan yang terjadi menggiring dia untuk akhirnya menjawab panggilan Tuhan. Akhirnya, ia tahu bahwa sesungguhnya Tuhan itu sudah menggerakkan hatinya. sejak beberapa waktu sebelum masa-masa penderitaan. Namun, ia lebih mencintai kenyamanan hidup sehingga ia terus menolak panggilan tersebut. Jadi, sebenarnya penderitaan yang ia alami adalah sesuatu yang diizinkan oleh Tuhan agar ia menaati panggilan-Nya. Tuhan mengizinkannya berbuat salah, Tuhan yang mengizinkan orang untuk terus mencurigai dan memandang secara negatif. Semua itu untuk mendatangkan kebaikan. Oleh karena itu, kita harusnya memiliki keyakinan bahwa ada manfaat di balik setiap penderitaan. Waktu kecil orang-tua saya suka berkata bahwa ada permata di balik air mata.

Permata-permata di balik penderitaan itu antara lain dikemukakan di bawah ini :

1. PENDERITAAN MEMPERDALAM DAN MEMPERHALUS WATAK KITA
Musa adalah manusia yang paling lembut yang pernah ditulis dalam Alkitab. Kelembutan yang ditampilkannya tidak datang begitu saja. Ketika di tanah Mesir, Musa adalah orang yang cepat bereaksi dan gampang sekali marah. Hal itu tampak ketika ia membunuh tentara Mesir yang menganiaya orang Ibrani. Kemudian Tuhan membawanya ke padang gurun, jauh dari gemerlap kuasa dan kenikmatan seperti ketika ia masih di Mesir. Ia masuk dalam penderitaan sekaligus pendidikan Tuhan di padang gurun selama empat puluh tahun, sampai Tuhan memandang bahwa ia siap untuk menjadi pemimpin dan membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Ia memimpin dengan penuh kesabaran dan kelembutan hati. Penderitaan yang dialami Musa telah membentuk karakter dan wataknya sebagai orang yang siap memimpin bangsa yang tegar tengkuk. Manusia — seperti Musa ketika masih di Mesir — suka menghakimi orang dengan keras dan menghukum sesamanya dengan kejam, baik lewat kata-kata yang menyakitkan, fitnah bahkan sampai kekerasan fisik. Namun, penderitaan menolong manusia untuk mengerti cara dan sikap dalam memperlakukan sesama.

2. PENDERITAAN MENOLONG MANUSIA UNTUK DAPAT MELAYANI TUHAN LEBIH SUNGGUH
Tak jarang penderitaan digunakan sebagai jalan untuk memperlengkapi seseorang untuk melayani Tuhan dengan lebih baik lagi. Lagu "God Will Make a Way" (Dia Buka Jalan), diciptakan oleh Don Moen setelah tragedi yang dialami keluarganya. Di suatu larut malam, Don Moen menerima telepon yang menyampaikan berita menyedihkan, bahwa adik iparnya telah kehilangan putra sulungya dalam suatu kecelakaan mobil. Craig dan Susan Phelps, dan keempat anak mereka sedang melakukan perjalanan dari Texas ke Colorado saat mobil mereka ditabrak oleh truk peti kemas. Pada saat tabrakan terjadi, semua anak mereka terlempar keluar dari mobil. Hanya mereka berdua saja yang masih di dalam mobil. Dengan susah payah mereka berdua mencari keempat anak mereka dan mengumpulkannya di suatu tempat. Keempat anak mereka mengalami Luka parah, tetapi sewaktu Craig (ia seorang dokter) mendapati Jeremy, anak itu telah meninggal karena patah leher sehingga tak ada lagi yang dapat dilakukan untuk menolongnya. Sewaktu Don Moen menerima kabar tersebut, beberapa jam kemudian ia berkata, "Saya merasa terguncang, tetapi besok saya harus terbang ke kota lain untuk melakukan rekaman sesuai dengan jadwal yang telah diatur beberapa minggu sebelumnya. Sekalipun saya tahu mereka berduka, saya tak dapat bersama mereka sampai satu hari sebelum pemakaman." Dalam penerbangan pagi itu Tuhan memberi suatu inspirasi lagu baginya dengan syair sebagai berikut, "God will make a way where there seems to be no way. He works in ways we cannot see. He will make a way for me. (Dia buka jalan saat tiada jalan, dengan cara yang ajaib Dia buka jalan ku.) Dasar dari lagu ini adalah Yesaya 43:19, "Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya?" Ya aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai dipadang belantara."

Di kemudian hari, Susan menulis, "Kami melihat kebenaran dari ayat tersebut." Sewaktu teman-teman Jeremy mengetahui bahwa ia telah menerima Kristus sebelum ia meninggal, mereka mulai bertanya-tanya kepada orang tuanya masing-masing tentang suatu jaminan bahwa mereka dapat ke surga sewaktu mereka meninggal. Kecelakaan itu juga membawa berkat terselubung bagi Craig dan Susan karena sejak peristiwa itu, hubungan mereka dengan Tuhan semakin meningkat dan mereka masuk ke dalam pelayanan yang lebih lagi pada-Nya. Susan juga menceritakan, "Di hari kecelakaan itu sewaktu saya keluar dari mobil untuk menolong, anak saya, saya merasa bahwa putra sulung saya telah meninggal. Dan saya mempunyai pilihan untuk marah dan mengalami kepahitan atau secara total menerima semua rencana-Nya pada saya. Dan saya pun melihat buah dari semua pilihan saya itu, dan pilihan yang saya ambil, akan berulang secara terus-menerus. Saya merasa bahwa kematian putra saya tak sia-sia, begitu saya mengetahui di kemudian hari begitu banyak jiwa yang datang pada Tuhan karena tragedi ini. Benar ! Ia telah membuka jalan bagi kami sekeluarga."

Segera setelah "God Will Make A Way" masuk dapur rekaman, Don Moen menerima begitu banyak telepon, surat, dan kisah yang dibagikan mengenai tragedi yang mereka alami. Semua telepon dan surat yang masuk mempunyai tema yang sama, bahwa Tuhan telah membuka jalan bagi mereka saat mereka dalam keadaan putus harapan. Betapa Tuhan telah membawa mereka keluar dari situasi mereka yang tak ada harapan dengan memberi mereka kekuatan, iman, dan harapan baru untuk menghadapi kehilangan yang mereka alami. Kesaksian ini membuktikan sekali lagi bahwa Tuhan akan membuka jalan bagi mereka yang menaruh harapan kepada-Nya. Hal ini bukanlah suatu hal yang sia-sia.

3. PENDERITAAN MEMBUAT MANUSIA LEBIH BERBELAS KASIHAN DAN BERPENGERTIAN
Bagi orang-orang yang tidak mengenal Kristus, tidaklah dipungkiri jika penderitaan membuat seseorang bertambah keras dan kasar. Namun, penderitaan di dalam Kristus dapat membuat seseorang memiliki pengertian yang mendalam terhadap masalah yang dialami sesamanya. Ia akan lebih dapat berempati terhadap sesamanya. Rasul Paulus pernah meminta kepada Filemon agar dapat mengampuni dan menerima kembali Onesimus yang telah melarikan diri darinya. Bahkan Paulus meminta segala tanggungan Onesimus hendaknya dibebankan padanya. Suatu sikap penuh pengertian dari Paulus yang tidak tampak ketika ia baru melayani Yesus. Ketika ia baru mengadakan perjalanan misi bersama Barnabas dan Markus, Paulus meminta kepada Barnabas agar tidak mengikutkan Markus dalam perjalanan berikutnya sebab Markus tidak setia. Bahkan karena Barnabas masih mau membawa Markus, Paulus rela berpisah dari Barnabas, bahkan mereka berselisih dengan keras (Kis 15:35-41). Paulus, tampak kurang punya hati yang luas dari sikapnya terhadap Markus. Namun, setelah melewati banyak penderitaan dan pergumulan dalam melayani Tuhan, Paulus memiliki hati yang luas sehingga kepada Filemon, ia minta agar menerima kembali Onesimus yang berlaku hampir sama dengan Markus. Sering kali Tuhan melembutkan dan membuat seseorang penuh pengertian melalui penderitaan-penderitaan. Dengan penderitaan, terkadang seseorang mampu memahami kesedihan dan pergumulan sesamanya dengan lebih baik lagi.

4. PENDERITAAN MEMBUAT MANUSIA YAKIN AKAN KEBOBROKAN DUNIA
Penderitaan akan menyadarkan seseorang bahwa dunia yang didiami oleh manusia ini sarat dengan hal-hal yang menyesakkan hidup. Perpisahan, penganiayaan, kejahatan, tekanan hidup membuat seseorang terkadang tidak ingin hidup lebih lama lagi dalam dunia. Hanya di surga sajalah tidak ada penderitaan. Oleh karena itu, seorang Kristen akan terus merindukan surga dan memberitakan Injil yang akan membawa orang lain juga merindukan surga. Penderitaan seharusnya menolong manusia untuk menyadari betapa berharganya kesempatan hidup yang diberikan Tuhan, dan karena itu manusia dapat memanfaatkan waktu hidup yang berharga ini untuk menjalaninya bersama dengan Tuhan. Pujangga Jerman bernama Goethe pernah berkata, "Hanya dengan penderitaan hiduplah manusia belajar untuk menghargai kebaikan dan keindahan hidup."

5. PENDERITAAN MEMBENTUK MANUSIA SEMAKIN SERUPA DENGAN KRISTUS
Petrus berkata, "Sebab adalah kasih karunia, jika seorang sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untukmu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya" (1Pe 2:19-21). Bagi orang percaya, penderitaan adalah hak istimewa yang akan membentuk dan memberi kesempatan baginya untuk dibentuk semakin serupa dengan Kristus. Oleh karena itu, marilah tetap bersyukur di tengah berbagai penderitaan sambil terus berharap akan kasih karunia Allah di dalam penderitaan yang kita alami.



Semoga tulisan tentang Manusia Dan Penderitaan Berguna bagi sahabat para pembaca sekalian. Tuhan Memberkati, Amin.

*Untuk Diskusi Topik ini, Silahkan kunjungi Sahabat Yosua Fans Page. Terima kasih.
Share this article :
Comments
0 Comments
 
Support : Sahabat Yosua | Creating Website | Waroy John Template | WaroyJohn Blog | Pusat Promosi
Copyright © 2014. Waroy John Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Waroy John
Proudly powered by Blogger