Welcome To WaroyJohn Blog

Pandangan Alkitab Tentang Seks

Kamis, April 20, 20230 komentar

PERTANYAAN : BAGAIMANA PANDANGAN KRISTEN TERHADAP SEKS ? APAKAH SEKS DI LUAR PERNIKAHAN DAPAT DIBENARKAN.?

Dewasa ini isitlah seks sering kita dengar dan baca, namun banyak orang mempunyai arti pengertian yang salah terhadap seks. Banyak majalah, buku, dan film telah merendahkan nilai seks yang sebenarnya, sehingga dalam penafsiran kita, seks itu najis dan dosa.

Alkitab bukan buku tentang seks, tetapi Alkitab mengandung banyak gagasan yang spesifik mengenai seks. Seks adalah suci dan sesuai dengan rencana ciptaan Allah yang total dan kekal. Dalam kesempatan ini kita akan memperbincangkan tentang Lima hal tentang interetasi Kristen terhadap seks.

A. SEKS DALAM POLA CIPTAAN ALLAH
Dalam pola ciptaan Allah, seks merupakan suatu kasih karunia. Sebagaimana perkembangan ilmiah membuktikan kebijaksanaan Pencipta, kasih karunia Allah dalam seks juga menyatakan keajaiban-Nya. Seks merupakan suatu bagian yang vital untuk setiap makhluk hidup. Pembuahan pada tumbuh-tumbuhan jenis betina oleh jenis jantan terjadi dalam variasi yang berbeda. Hewan mempunyai struktur seks yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan, tetapi seks dalam bentuk yang paling kompleks dan yang mempunyai nilai paling tinggi terdapat pada manusia.

Seks pada hewan merupakan hal yang bersifat otomatis dan dikendalikan oleh naluri yang gaib. Pada musim ini sangat berbeda, dimana seks tidak menurut siklus yang tertentu, melainkan berjalan terus-menerus setelah menginjak masa pubertas di bawah kontrol individu itu sendiri.

Dalam kitab Kejadian semua ciptaan Allah disebut "baik," tetapi kesepian Adam yang tidak mempunyai pasangan oleh Allah disebut "tidak baik." Maka Allah menciptakan manusia sebagai lelaki dan perempuan. Hawa diciptakan untuk menemani Adam; hubungan heteroseksual antara mereka sangat berarti dan indah dalam pola ciptaan Allah. Manusia pada fase kehidupannya sangat membutuhkan lawan seks baik dalam hal fisik, jiwa, kesyarakatan, maupun kerohanian.

Banyak agama dan kebudayaan Timur yang menyangkal keindahan seks sebagai karya Allah. Mereka menganggap seks adalah najis dan merupakan suatu akibat dosa manusia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka mengagungkan keperawanan dan pertapaan serta merendahkan pernikahan. Sedangkan menurut iman kepercayaan kita, kita percaya bahwa ciptaan Allah berlandaskan dua orde, yaitu orde penebusan dan orde pengudusan. Kedua orde ini berlaku atas tubuh dan jiwa. Apa yang telah dikuduskan dan disebut baik oleh Tuhan, hendaknya kita terima dengan pengucapan syukur dan kita hormati sebagai kasih karunia Tuhan (1Tim 4:3-4).

B. SEKS DALAM PERNIKAHAN
Selama berabad-abad, dogma Kristen menganggap bahwa tujuan seks hanyalah sebagai perkembang-biakan. Ajaran yang salah ini masih terdapat di kalangan gereja Roma Katolik dewasa ini. Adapun tujuan seks yang lain disebutkan sebagai "penghindar perbuatan dosa." Para dogmatis pada umumnya mengutarakan tiga tujuan pernikahan: persahabatan, hubungan seks, dan perkembangbiakan. Dari ketiga tujuan ini, yang mereka utamakan adalah perkembangbiakan.

Kitab Kejadian dalam pasal pertama menyebutkan hal perkembangbiakan, tetapi seolah-olah tidak menyinggung hal pernikahan. Dalam pasal kedua, hubungan seks disebut "satu tubuh" yang mengikat suami dan istri dalam kasih. Kedua hal yang tersebut di atas telah dipergunakan oleh Tuhan Yesus dalam Kitab Matius 19:4-5, sebagai relasa antara suami dan istri dalam pernikahan. Baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru lebih mengutamakan maksud hubungan seks sebagai kesenangan atau kenikmatan dari perkembangbiakan.

Alkitab selalu memperbincangkan hubungan seksual dengan pendidikan dan pengajaran terhadap anak-anak, dimana anak merupakan pusaka dan berkat dari Tuhan, dan orangtua bertanggung jawab penuh terhadap anak-anak mereka (Mazm 127:1-5; 128:1-6; Ul 6:6-9). Sangat disayangkan bahwa banyak buku tentang seks yang mengabaikan aspek hubungan seksual ini. Kehamilan, kelahiran dan perawatan anak-anak menjadi beban dalam pernikahan yang tidak dapat dihindari. Perkembangbiakan telah ditentukan oleh Pencipta sebagai fungsi seks. Pemakaian obat-obatan dan alat-alat pencegah kehamilan tidak akan mengubah fakta ini; sebaliknya justru menyatakan fakta yang telah ditentukan oleh manusia pada umumnya dan wanita pada khususnya (Kej 3:16; Yer 21:3; Yoh 16:21).

Setelah apa yang tercantum dalam 1Korintus 7:5; 1Tesalonika 4:4-5; Ibrani 13:4, dan lain-lain segala aktivitas dalam pernikahan adalah maksud atau implikasi yang umum. Namun pada dewasa ini aktivitas seksual dalam pernikahan disalahartikan sebagai "dosa" atau "keji," bahkan kehamilan disebut sebagai akibat dosa. Maka para ahli teologi berusaha mencari jalan untuk membenarkan konsep terhadap hubungan seksual dalam pernikahan gereja Roma Katolik, dan dalam usaha ini menyebut pernikahan sebagai "pencegah percabulan"; ada pula yang mencari alasan bahwa pernikahan merupakan hal yang ditetapkan Allah, maka tidak selayaknya dipandang sebagai hal yang berdosa. Penilaian yang tersebut di atas sering menimbulkan keragu-raguan dalam pikiran manusia pada umumnya. Sedangkan Alkitab telah mengutarakan bahwa hubungan seksual dalam pernikahan adalah ordenansi Allah.

Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, "hati manusia itu jahat adanya sejak kecil" (Kej 8:21). Paulus pun mengakui kelemahan manusia: "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat, melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat" (Rom 7:18-19). Dosa telah mempengaruhi seluruh kehidupan manusia. Manusia salah mempergunakan seks, sehingga seks seolah-olah merupakan hal yang berdosa. Namun penebusan Kristus di atas kayu salib menjamin pengampunan dosa kepada setiap orang percaya, baik tubuh maupun jiwa. Dalam hal ini, bahagian penebusan Kristus. Kasih dalam pernikahan orang Kristen (termasuk seks) oleh rasul Paulus, dipakai sebagai simbol penyatuan Kristus dan gereja-Nya (Ef 5:30-32).

C. SEKS DI LUAR PERNIKAHAN
Daya tarik seks adalah bahagian pola ciptaan Allah. Tetapi pernyataan seks dalam pengertian yang sempurna, hanya untuk pernikahan. Gilbert Russel dengan ringkas mengatakan: "Seksual seorang pria adalah milik istrinya, jauh sebelum ia berjumpa dengan istrinya. Andaikata ia tidak berjumpa dengan istrinya, maka tiada seorang pun akan memiliki seksualnya."

Pada waktu Tuhan menyusun standar moral untuk manusia, Ia menuntut hubungan seks hanya terjadi antara suami dan istri dalam hidup pernikahan. Di samping itu, Tuhan pun berkenan memimpin kita menuju pernikahan yang bahagia. Melanggar hukum Tuhan berarti merugikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat.

Dalam masyarakat modern dewasa ini, di mana orang bebas berpacaran dan bercumbu-cumbuan, meningkatlah angka hubungan seksual di luar pernikahan, sehingga pemakaian alat-alat atau obat-obatan pencegah kehamilan juga menjadi lebih lazim. Pada hakekatnya, agama Kristen tidak membenarkan hubungan seksual sebelum atau di luar pernikahan. Namun demikian janganlah kita memandang seks adalah dosa yang tidak dapat diampuni. Sebagaimana Kristus telah mengampuni perempuan yang berzinah pada Injil Yohanes, demikian pula Ia mengampuni siapa yang datang kepada-Nya serta bertobat dengan iman.

Kita sering menjumpai pria dan wanita yang tidak mempunyai kesemptan untuk menikah atau yang karena sesuatu hal yangkhusus, tetap tinggal membujang dan perawan. Apakah keinginan mereka dalam hal seks akan demikian terpendam?

Kita tidak dapat menyangkal bahwa seks mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan seseorang. Seks bersifat perseorangan dan sebagian dari hubungan antar perorangan. Tuhan mengaruniakan seks kepada manusia untuk maksud-maksud yang tertentu, maka seks bukan melulu untuk seks. Seks harus disertai dengan kasih. Inilah satu-satunya jalan menuju kehidupan yang bertanggung jawab, dimana banyak cara untuk menyatakan kasih seseorang kepada orang lain. Memang pada umumnya Tuhan berkehendak supaya setiap manusia menikah dan berkeluarga. Namun nafsu seks berbeda dengan kelaparan terhadap makanan. Nafsu seks tetap di bawah penguasaan kita. Kalau hal ini sukar kita kontrol, maka firman Tuhan menganjurkan kita untuk menikah (1Kor 7:7-9).

Untuk mereka yang tidak menikah, dengan pengabdian kepada Tuhan dan sesama, mereka pun sanggup hidup sehat, suci dan penuh berkat. Pernikahan bukan syarat mutlak untuk menuju kehidupan yang sukses. Seseorang mempunyai pandangan yang betul terhadap seks, bilamana ia mempunyai pandangan hidup yang betul. Kalau ia seorang Kristen, ia akan bersandar kepada Tuhan, pencipta seks, dan menerimanya sebagai karunia Tuhan, serta mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya "Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan satu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur" (1Tim 4:4)

D. KEINGINAN SEKS YANG SALAH
Kita tidak dapat mengatakan bahwa nafsu seks adalah dosa, sebab Tuhan menciptakan pria dan wanita yang saling mempunyai daya tarik satu sama lain, dan akhirnya mereka meninggalkan ayah dan ibu mereka untuk berdampingan sebagai suami istri.

Filsafat Yunani dan Manichacisme berpendapat, bahwa tubuh itu jahat dan roh itu baik, maka segala keinginan tubuh disebut dosa. Kalau demikian, kelaparan dan kehausan terhadap makanan dan minuman juga disebut dosa. Dengan konsep yang salah ini mereka juga mengatakan bahwa nafsu seks berasal dari tubuh, karena itu disebut dosa. Paulus dalam Efesus 5:29 mengatakan: "Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatnya." Keinginan tubuh dibenarkan oleh Tuhan, asal jangan kita salah gunakan.

Tuhan Yesus mengatakan: "Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Mat 5:28). Hal ini menunjukkan kedisiplinan orang Kristen terhadap seks. Seseorang yang melampiaskan hawa nafsunya untuk perzinahan, adalah berdosa di hadapan Tuhan. Dalam surat Galatia 5:16-24 Paulus membicarakan pertentangan antara tubuh dan roh. Hal ini bukan mengenai keinginan seksual antara suami dan istri dalam pernikahan, melainkan mengenai tunasusila, kenajisan dan percabulan.

Sering orang bertanya, mengapa hubungan seksual sebelum pernikahan tidak dibenarkan? Jawabannya hanya satu, dimana Tuhan mengatur kesemuanya untuk kebakan manusia. Tuhan mendirikan pernikahan bukan persundalan. Keinginan seks harus dipergunakan secara bertanggung jawab dalam ikatan pernikahan dan kesetiaan terhadap suami atau istri serta pengasuhan terhadap anak-anak.

E. HUBUNGAN ANTAR KASIH DAN SEKS
Dalam kebudayaan masa kini, kasih romantik mempunyai peranan yang penting. Meskipun masih ada pernikahan yang ditentukan oleh orangtua, namun kasih dan kesetiaan tidak akan absen, bahkan terus bertumbuh dalam pernikahan.

Dalam Alkitab, kasih antara suami dan istri adalah ideal, dan kasih Allah yang tak terhingga terhadap gereja merupakan suatu teladan (Ef 5:1-33). Kasih ini adalah kasih yang tak kunjung padam, pengorbanan dan penyerahan yang total, suatu kasih yang bertanggung jawab terhadap Allah dan manusia. Kasih ini membuat kita setia menanggung suka duka dalam pernikahan. Dalam bahasa Yunani kasih yang demikian disebut "Agape." Kita pun mengenal "Philia," yaitu kasih persahabatan, dan "Eros" yaitu kasih seksual. Kehidupan pernikahan hendaklah mencakup ketiga kasih tersebut. Tanpa eros, tidak akan terjadi hubungan sekseual antara suami dan istri; tanpa phila, hilanglah perpaduan yang sempurna antara kedua pribadi; dan tanpa agape, berarti tanpa kesetiaan dan pengorbanan.

Hubungan antara kasih dan seks adalah sebagai berikut: Kasih dan seks merupakan dua hal yang berbeda. Adakalanya aktivitas seksual tidak disertai dengan kasih, dan juga mungkin terdapat kasih yang tanpa seksual. Di dalam pernikahan, aktivitas seksual hendaknya merupakan suatu media dimana kasih dapat diwujudkan. Kasih inilah yang mengikat suami dan istri dalam suatu hubungan yang intim. Hubungan ini adalah normal dan wajar (Kej 24:67; Pengkh 9:9).

Sebagaimana kasih dan seks tidak identik, begitu juga kasih dan nafsu berbeda. Nafsu birahi bersifat eksploitatif, mementingkan diri sendiri, dan memuaskan diri sendiri. Nafsu birahi menjatuhkan manusia dalam percabulan, tidak bertanggungjawab, dan kriminal seks. Semuanya ini bertentangan dengan kasih.

PERANAN GEREJA TENTANG PENDIDIKAN SEKS
Fakta-fakta membuktikan bahwa kriminal seks dan perbuatan kelamin yang tidak wajar semakin bertambah. Homoseksualitas adalah keadaan yang lebih parah, menunjukkan emosi yang tidak seimbang dan membutuhkan pengobatan para ahli. Alkitab menunjukkan bahwa homoseksualitas adalah kemurtadan terhadap ciptaan Tuhan dan salah penggunaan seks yang tidak sesuai dengan pola ciptaan Tuhan.

Kepada mereka yang tersangkut dalam problema-problema tersebut, kita tidak dapat membenarkan perbuatan mereka. Namun mereka membutuhkan pengampunan, simpati, pengertian dan adakalanya membutuhkan pengobatan para ahli. Inilah tugas gereja untuk memberikan suatu jaminan pengampunan yang sempurna di dalam Kristus, memberikan konseling dan pendidikan.

Gereja dewasa ini membutuhkan suatu kesadaran terhadap keadaan moral masyarakat umum, di mana hubungan seks di luar pernikahan dan homoseksualitas semakin bertambah. Gereja hendaklah memperkenalkan proses rehabilitasi dan memanfaatkan tugas psikiater atau dokter penyakit jiwa. Kita harus yakin bahwa hanya Injil penebusan Tuhan yang mempunyai kuasa untuk memperbaharui kehidupan manusia (2Kor 5:14-21) dan pengampunan. Dengan pengajaran moral dan kerohanian, gereja akan membimbing segala lapisan masyarakat, baik kanak-kanak, kaum muda, dan orang dewasa, sehingga gereja bertindak sebagai peningkat standar moral dan guru Injil.

Memberikan informasi tentang seks tetapi tidak disertai relasi nilainya, merupakan pengajaran yang tidak bertanggung jawab. Kita memikirkan pentingnya pendidikan seks yang sesuai dengan agama Kristen. Banyak orang berpendapat bahwa faktor sosial dan biologi bekerja kurang efektif kalau tidak disertai nilai kerohanian Kristen. Bahkan pers selalu mengatakan, "Pendidikan seks adalah pekerjaan pendeta".

Ahli-ahli berpendapat bahwa rumah tangga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan seks, tetapi banyak orangtua yang melalaikan hal ini. Tiada seorang pun yang dapat menggantikan kedudukan ayah dan ibu dalam hal ini, sehingga gereja hendaknya dapat memanfaatkan mereka dalam pelaksanaan ini. Kita dapat membantu orangtua atau wali keluarga dalam hal pemberian bahan-bahan, cara-cara dan sikap yang dapat digunakan oleh mereka sebagai alat untuk mendidik anak-anak mereka.

Selain rumah tangga, sekolah juga mempunyai peranan dalam pendidikan seks. Dalam hal ini sekolah Kristen, mempunyai posisi yang terbaik bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah yang lain. Sebab sekolah Kristen mempunyai pengajaran agama yang lebih baik dalam kurikulum untuk setiap murid.

TENTANG KESUCIAN DAN KESOPANAN
Kesucian merupakan lencana orang Kristen dan kesaksian kehidupan baru di dalam Kristus. Orang Kristen dipanggil untuk hidup suci (1Tes 4:3-8). Tubuh mereka adalah anggota Kristus dan rumah Roh Kudus (1Kor 6:15-20*), bukan alat kejahatan (Rom 6:11-23). Mereka sudah belajar dari Kristus untuk meninggalkan segala kejahilan, percabulan dan kecemaran (Efe 4:17-24). Kesopanan dalam tingkah laku adalah pernyataan kesucian hati. Apa yang dianggap sopan, pada suatu saat mungkin disebut kurang sopan pada waktu atau situasi yang berbeda. Maka selaku orang Kristen kita harus waspada terhadap pakaian dan perbuatan kita (1Tim 2:9-10). Kesucian dinyatakan melalui pikiran, tutur kata dan perbuatan. Tuhan senantiasa menilik hati manusia dan motif yang terkandung di dalamnya. Konsep dalam Alkitab tentang kesopanan dan kesucian (Tit 2:5; 1Pet 3:2), tidak. akan ketinggalan zaman. Ini adalah orde Allah untuk kebahagiaan manusia. Pengolahan kesucian Kristen mempunyai tugas yang berat dalam masyarakat dewasa ini.

K E S I M P U L A N
Walaupun seks merupakan karunia Allah, namun setelah manusia jatuh ke dalam dosa, seks sering disalahgunakan. Iblis telah membuat segala aspek seks menjadi perzinahan (Rom 1), dimana kasih diganti dengan nafsu birahi. Meskipun orang Kristen masih mempunyai unsur dosa di dalam hatinya, namun sanggup berusaha menentang birahi dan melatih mengontrol diri sendiri. Ingat bahwa “penguasaan diri” adalah buah yang dihasilkan oleh Roh Kudus. Maka sebagai anak Tuhan, kita menerima seks sebagai karunia Tuhan dan mempergunakannya sesuai dengan kehendak-Nya (Mat 19:4-5), demi kemuliaan-Nya (1Kor 10:31), dan untuk maksud-Nya (Kej 1:28, 2:24).

*Untuk Diskusi Topik ini, Silahkan kunjungi Sahabat Yosua Fans Page. Terima kasih.
Share this article :
Comments
0 Comments
 
Support : Sahabat Yosua | Creating Website | Waroy John Template | WaroyJohn Blog | Pusat Promosi
Copyright © 2014. Waroy John Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by Waroy John
Proudly powered by Blogger