
APAKAH ITU DOA
Kenneth Hagin Sr. mengajarkan "Name it and claim it," yang artinya, Asal kita sebutkan dan minta dengan iman, Allah pasti memberikan kepada kita, sehingga kalau doa kita tidak dikabulkan oleh Allah, itu berarti kita kurang iman. Benarkah ajaran ini?
Apa itu doa? Doa itu adalah suatu Permintaan atau Permohonan seseorang kepada Allah Bapa di sorga. Hal ini sangat tergantung kepada Sang Pemberi sebagai otoritas yang terakhir, dan bukannya si pemohon yang menentukan atau memastikan. Apalagi apabila doa kita itu bersifat pribadi,demi kepentingan pribadi atau kenikmatan pribadi. "Sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya kita harus berdoa," demikian kata Paulus, rasul nomor satu dalam Perjanjian Baru. Di dalam Injil Lukas, di mana Lukas sangat menekankan ajaran doa, ia menggunakan tiga istilah untuk doa, yang semuanya bernada memohon, yaitu “proseuche," "deesis," dan "deomai". Mungkinkah Allah dalam kemahatahuanNya tidak memberkati atau mengabulkan doa kita sebab Ia tahu bahwa dengan berkat itu kita akan menjauhi Tuhan atau jatuh dalam dosa? Hal ini bukan tidak mungkin.Di dalam Amsal dikatakan: "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh." (Ams 11:28). Bagaimana pula dengan faktor-faktor lainnya? Barangkali hubungan kita dengan Allah tidak beres? Ada dosa-dosa yang tersembunyi yang belum diakui, baik kepada Allah maupun terhadap sesama. Mungkin juga kita tidak hidup dalam ajaran kebenaran firman Allah (band. Im 26:1,3; Ul 28:1). Dalam Ams 3:9 dikatakan "Muliakan Tuhan dengan hartamu … ," Ams 3:10 dikatakan: "maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh … ." Adakah kita memuliakan Allah dengan harta kita, atau kita malah berdosa dengan harta kita? Adakah kita mengucap syukur dalam segala hal baik suka maupun duka, atau setiap kali kita datang kepadaNya kita tidak bersyukur melainkan selalu minta berkat, berkat, dan berkat. Bagaimana seandainya ada seseorang yang selalu datang minta-minta kepada saudara, dan tidak pernah mengucap syukur dan berterima kasih kepada saudara? Padahal firman Allah berkata: "Bersukacitalah senantiasa, tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1Tes 5:16-18).
Kami tidak menyangkal bahwa kalimat "bila Tuhan menghendaki" mungkin menunjukkan kurangnya iman seseorang, kami tidak menyangkal bahwa mungkin doa kita tidak dikabulkan oleh Allah karena kita kurang beriman. Tetapi, doa kita tidak dikabulkan, mungkin juga karena faktor-faktor lainnya. Dan jangan lupa bahwa kita masih hidup di dunia. Hukum alam masih berlaku bagi kehidupan jasmani kita. Hukum Kerajaan Allah dan Hukum Sorgawi belum sepenuhnya berlaku di ‘dunia. Di situlah Yesus mengajarkan murid-muridNya berdoa: "Jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga … . Janganlah membawa kami ke dalam pencobaan … " (Mat 6:10,13). Tetapi hari ini orang Kristen dengan "Nakal" menempelkan sticker di mobilnya: "Jesus opens 24 hours a day," seolah-olah seperti toko supermarket atau pompa bensin yang bersedia melayani 24 jam sehari. Di dalam berdoa, kita perlu bersikap memohon, beriman, yang didahului dengan pengakuan dosa dan ucapan syukur, dan di atas itu semua, kita menempatkan kehendak Allah sebagai yang utama dan kemuliaan Allah sebagai tujuan yang terakhir. Inti doa Tuhan Yesus di Getsemani ialah "bukanlah kehendakKu, melainkan kehendakMu" (Luk 22:42). Tentunya kalimat ini bukan berarti Yesus kurang beriman, melainkan di dalam doa permohonan Tuhan Yesus ini, la tetap mencari dan menempatkan kehendak Bapa sebagai yang utama. Hendaknya teladan Tuhan kita Yesus Kristus ini selalu kita ingat setiap kali kita menghampiri Bapa kita di dalam doa.
EKSPOSISI KITAB WAHYU 3:14-20
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."
Kota Laodikia ialah sebuah kota yang terletak di Propinsi Asia dalam Kerajaan Romawi, yang sekarang letaknya di bagian Barat Turki. Kota ini merupakan kota yang kaya dan merupakan pusat perdagangan pada waktu itu. Kota ini terkenal karena pabrik kain black wool, sekolah kedokteran dan sistem perbankan yang baik. Jadi rupanya kehidupan kota ini tidak terlalu jauh berbeda dengan situasi, perkembangan, dan kehidupan ekonomi sosial masa kini: pabrik tekstil, pabrik garmen, universitas, dan sistem perbankan yang modern. Maka, gereja Laodikia hidup di tengah-tengah masyarakat yang makmur dan kaya itu. Tak ubahnya seperti keadaan gereja kita hari ini. Namun sayang sekali, dari ketujuh jemaat yang dikecam oleh Tuhan dalam ketujuh suratnya dalam Kitab Wahyu itu, jemaat Laodikialah yang mendapat kecaman dan teguran yang paling keras dan tajam. Oleh sebab itu gereja di Laodikia inilah yang kami ambil sebagai studi perbandingan dengan keadaan gereja kita hari ini dalam kita berbicara tentang Teologia Kemakmuran.
"Aku tahu segala pekerjaanmu," demikian kata Tuhan, "engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Di sini Yesus memulai dengan "Aku tahu," suatu istilah yang muncul berulang kali dalam ketujuh surat ini (band. Wahyu 2:2,9,13,19; 3:1,8 dst.). Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga itu tahu atas kejadian-kejadian di jemaatNya. Ia tahu apa yang dilakukan dan aniaya yang diderita oleh mereka. Bahkan Ia tahu isi hati mereka, kesulitan mereka dan kebutuhan mereka. Apa "Pekerjaan" yang dimaksud ? Yohanes tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Tapi nada bahasanya agaknya positif sifatnya, semacam pujian Tuhan terhadap mereka
(band.Wahyu 2:2). Namun Yohanes melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas. Pada waktu itu-mungkin juga hari ini-orang percaya bahwa air panas bisa menyembuhkan, dan air dingin menyegarkan, tetapi air yang suam-suam kuku tidak menyembuhkan dan juga tidak menyegarkan, melainkan memualkan. Itulah sebabnya Yesus kemudian mengatakan "Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu" (Wahyu 2:16). Kata memuntahkan berasal dari kata Emeo-yang adalah suatu kata yang kuat sekali untuk menyatakan keengganan seseorang untuk mentolerir atau menerima sesuatu. Sesuatu itu tidak bisa diterima, maka terpaksa harus ditolak dengan cara seperti seseorang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Betapa kerasnya nada bahasa ini, bukan? Leon Morris berkata: "’ To spit you out of my mouth, ex - resses in the strongest way a vigorous repudiation of the Laodiceans."
Selanjutnya kita melihat ada beberapa kata yang menunjukkan sifat congkak dari jemaat di Laodikia, yang kemudian ditegur dengan tajam oleh Tuhan Yesus. "Aku kaya dan aku telah memperkaya diriku"; dan lebih congkak lagi mereka berkata: "aku tidak kekurangan apa-apa." Bukankah kata-kata sombong ini menunjukkan sifat dan pandangan hidup yang materialistik dari jemaat di Laodikia? Bukankah kekayaan materi yang menjadi ukuran bagi suksesnya mereka? Padahal di mata Tuhan Yesus mereka adalah miskin, buta, dan telanjang (Wahyu 2:17). Betapa ironisnya apabila kita melihat kemajuan dan kemakmuran mereka yang katanya mempunyai sistem perbankan yang baik, sekolah kedokteran dan pabrik kain black wool, tetapi oleh Tuhan mereka dikatakan miskin, buta, dan telanjang, sekalipun dikatakan bahwa Yesus tahu akan segala pekerjaan mereka. Bekerja buat Tuhan itu baik, Melayani Tuhan itu baik. Tetapi janganlah sampai kita bekerja dan melayani Tuhan begitu rupa sampai kita hanya kaya secara jasmani, kita sukses secara duniawi, tetapi kita Melarat di mata Allah dan Miskin secara rohani.
Mengapa Yesus mengatakan demikian? Mereka kaya, tetapi dikatakan miskin? Yesus melihat kesuksesan seseorang bukan pada materi saja, melainkan juga pada nilai-nilai rohani. Maka Yesus bisa mengatakan: "sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah" (Luk 16:15). Yesus mengatakan kalimat ini dalam konteks Ia menegur orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu. Yesus juga mengatakan: "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu … . Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah" (Luk 12:15,21). Demikianlah aspek rohani dari kehidupan orang Kristen-kaya di hadapan Tuhan-tidak boleh kita abaikan. Tidak heran selanjutnya Yesus menasihatkan jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas dari Tuhan, yaitu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar mereka menjadi kaya.
Apa yang dimaksud dengan "emas yang telah dimurnikan"? Mengapa dikatakan "agar mereka menjadi kaya"? Bukankah mereka sudah kaya dan tidak kekurangan apa-apa? Tentunya yang dimaksud ialah kaya secara rohani di hadapan Allah (band. Luk 12:21). "Emas yang telah dimurnikan" menunjuk pada kekayaan yang sejati, bukan sebagaimana yang biasanya dicari atau dikagumi oleh manusia, melainkan kaya yang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus bisa mengatakan dalam khotbahNya di bukit: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga … . Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Mat 5:3,6). Maka Yesus menasihati mereka agar mereka "Membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api." Inilah kekayaan yang sejati di mata Tuhan dan merupakan berkat pemberian Tuhan. Oleh sebab itu dikatakan "membeli dari padaKu". "Membeli" tentunya berarti memperoleh dengan adanya "Harga" yang harus dibayar, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dirinya miskin, dengan iman memohon akan kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Tidak heran Petrus bisa mengatakan adanya iman yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana" (1Pet 1:7). Seberapa jauh orang Kristen hari ini memikirkan kekayaan yang sejati jenis ini? Atau kita selalu memikirkan harta duniawi dan berkat jasmani ? Jangan lupa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: "Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." Kepada orang banyak Ia berkata: " … Kamu mencari Aku … karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." Orang yang datang kepada Tuhan hanya karena berkat, ia satu hari akan kecewa. Orang yang mengikut Dia namun tidak menyangkal diri (si aku yang lama), dan memikul salibnya, ia tidak dapat menjadi murid Tuhan. Apakah kita hanya mau menerima berkat tapi menolak Kayu Salib? William Barclay sering mengatakan kalau Tuhan kita memakai mahkota duri, dapatkah kita sebagai murid-murid-Nya hanya mau memakai mahkota bunga mawar ?
Kedua : Yesus menasihati mereka agar mereka membeli pakaian putih, agarmereka jangan kelihatan telanjang. Sekali lagi kita melihat penekanan dan konsep nilai Tuhan Yesus yang berbeda dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka kaya, mereka mempunyai pabrik kain black wool, tapi Yesus mengatakan bahwa mereka miskin dan telanjang. Maka mereka dinasihati untuk membeli pakaian putih, agar mereka tidak telanjang. "Pakaian putih" dalam Kitab Wahyu melambangkan kesucian dan kebenaran (Dikaiosune), berkat karya Kristus di atas kayu salib … Maka kepada jemaat di Sardis Yesus berkata: " … Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu … . Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih … " (1Pet 3:4-5; band. 1Pet 4:4 dst.). Apa yang kita cari hari ini? Apa yang kita mohonkan kepada Tuhan setiap hari? Yesus menasihatkan agar kita membeli pakaian putih, yang melambangkan kehidupan yang suci dan benar di mata Tuhan. Dan inilah kesaksian hidup yang sangat kita perlukan hari ini dalam masyarakat dan bukannya kehidupan orang Kristen yang sekularistis dan materialistis sifatnya, yang pada hakekatnya bisa merendahkan martabat manusia yang adalah makhluk rohani. Namun kami percaya bahwa ajaran Teologia Kemakmuran adalah sementara sifatnya. Mereka akan terus-menerus mengalami perbaikan dan kristalisasi sampai kepada ajaran yang sesuai dengan Alkitab, yaitu: bahwa kita tidak hanya mengajarkan Teologia Kemakmuran kepada jemaat, melainkan kita harus mengajarkan Teologia Kayu Salib. Kita perlu mengajar kan kebenaran Alkitab secara keseluruhan dan integral, bukan hanya sebagian saja. "We need to preach the whole gospel to the whole world." Demikianlah tema yang ditekankan berulang-ulang dalam Koperensi Lausanne II di Manila, 1989.
Ketiga : Yesus menasihati mereka agar mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka, supaya mereka dapat melihat. Jemaat di Laodikia mengklaim dirinya kaya dan tidak kekurangan apa-apa. Di Laodikia terkenal dengan tiga keunggulan: pabrik kain black wool, perbankan, dan sekolah kedokteran, yang menurut kisah, mereka juga memproduksi minyak salep obat mata. Tetapi Yesus berkata bahwa mereka miskin, telanjang,’dan buta. Maka mereka perlu akan minyak yang berasal dari Tuhan untuk melumas mata mereka, agar mereka dapat melihat. Yesus berkata: "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan. dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yoh 8:12). Dengan kata lain, Yesus seolah-olah berkata: "Akuilah bahwa engkau adalah buta, dan percayalah bahwa Aku adalah terang dunia, dan mintalah kepadaKu minyak untuk melumas matamu, maka engkau akan Melihat.""aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang "merasa" ("merasa," dari penulis) dapat melihat, menjadi buta" (Yoh9:39). Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi setelah Ia memulihkan mata seorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, orang-orang Farisi yang merasa dirinya dapat melihat, mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk minta minyak untuk melumas mata mereka. Maka dosa mereka tetap, dan mereka tetap dalam keadaan buta. Terhadap orang-orang semacam ini Yesus hanya berkata: "Lihat, Aku berdiri di mukapintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).
R A N G K U M A N
Teologia Kemakmuran tidak lepas dari pengaruh dunia yang makin lama makin materialistik dan bermewah-mewahan. Sesuatu yang berasal dari dunia selalu ada negatifnya, ada bahayanya. Dunia modern hari ini seolah-olah begitu subur untuk ditaburi benih-benih Teologia Kemakmuran yang kemudian tumbuh dengan suburnya di mana-mana (lain halnya dengan di RRC, misalnya, yang berlaku di sana ialah Teologia Kayu Salib atau Teologia Penderitaan, dan ternyata gereja dan umat Kristendi sana maju pesat, bukan?). Manusia modern hari ini, sedang dilanda semacam penyakit "Imelda Marcos Syndrome," yang tidak pernah merasa puas dalam usahanya untuk memuaskan diri sendiri.
Filsafat dan gaya hidup Americanisme dimulai dari Amerika lalu menjalar ke seluruh dunia, juga terjadi di antara orang Kristen. Maka timbullah gereja-gereja besar beserta pendeta-pendeta besar dan serba mewah, dan bermunculan pula TV-Evangelist yang juga serba mewah. Tetapi sayang sekali ada beberapa di antara mereka yang jatuh dalam berbagai macam dosa. Hal ini mengingatkan kita akan firman Tuhan: "Siapa mempercayakan diri kepada kekayaannya akan jatuh" (Ams 11:28). "Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka" (1Tim 6:10). Suatu krisis besar masa kini ialah bukannya gereja menggarami dunia, melainkan dunia mempengaruhi gereja. Maka kita semua mempunyai kewajiban untuk berfungsi sebagai terang dan garam dunia. Minimal kita harus hati-hati, waspada dan mawas diri. Janganlah kita seolah-olah anti Teologia Kemakmuran atau tidak menganut ajaran Teologia Kemakmuran, tetapi secara diam-diam dan dalam kenyataan kehidupan kita telah bergaya hidup mewah ala Teologia Kemakmuran.
Kami tidak menyangkal bahwa Alkitab memberikan banyak janji berkat Tuhan yang bersifat material jasmaniah, demi kesejahteraan kehidupan manusia. Tetapi janji janji Allah itu bukannya tanpa syarat dan dapat diklaim begitu saja tanpa menghiraukan faktor-faktor lainnya. Kita sendiri perlu bekerja keras, jujur dan setia dalam pekerjaan kita. Sebagai orang Kristen yang dewasa kita tidak boleh bersifat begitu naive atau simple-minded, yang hanya tahu mengklaim saja, tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, kebaikan yang sejati dan kehendak Tuhan. Paulus mengatakan: "Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna" (1Kor 6:12). Motivasi yang benar dan kemuliaan Allah haruslah menjadi yang utama. Inilah ciri kedewasaan orang Kristen. Dan bagaimanapun juga berkat Tuhan yang bersifat rohani itulah yang utama dan yang pertama dan yang kekal. Itulah sebabnya Yesus menasihati jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas yang telah dimurnikan dengan api (Wahyu 3:18).
Jangan lupa pula bahwa kita masih hidup di dunia, kita tidak sempurna, di mana hukum alam masih berlaku dalam kehidupan kita, dan hukum alam pada akhirnya tidak lain adalah hukum Allah, yang perlu kita patuhi. Suksesdan kemakmuran yang sejati adalah masih future sifatnya. Inilah salah satuaspek eskatologis yang perlu kita hayati dan camkan baik-baik sebagai seorang yang beriman. Rasul Yohanes berkata: "Sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia … " (1Yoh 3:2). "Aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru … Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya … . Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan atau ratap tangis atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu" (Wahyu 21:2,4). Dengan ayat-ayat firman Allah yang bersifat eskatologis seperti ini, agaknya kata "Happiness Now" dan "live Fully Now and Create A Heaven on Earth" tidaklah realistis dan tidak dapat dibenarkan.
Janganlah kita lupa akan ucapan Tuhan Yesus yang terakhir terhadap murid-muridNya ketika mereka semua masih bersama-sama: "semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yoh 16:33). Setelah Yesus mengucapkan kalimat yang indah dan penuh kemenangan itu, Ia berdoa, lalu ditangkap dan diadili dan akhirnya disalib. Kita semua tahu Amanat Agung Tuhan Yesus sebagai pesan yang terakhir kepada murid-muridNya, yaitu pesanNya mengenai misi. Kita jangan lupa akan pesan Tuhan Yesus yang terakhir ini, yaitu mengenai kehidupan orang Kristen di dunia yang fana ini. Apa makna penting dari pesan Tuhan Yesus itu? Selama kita hidupdi dunia, kita tidak dapat luput dari berbagai macam kesulitan, problema ru; nah tangga, sakit penyakit (termasuk sakit tua), kemiskinan dan mungkin aniaya. Dunia bukan sorga, dunia bukan rumah kita yang kekal, tetapi Yesus mengatakan agar kita kuat di dalam hati, sebab Ia telah mengalahkan dunia. Dengan demikian, kita akan memperoleh damai sejahtera di dalam Dia. Leon Morris mengatakan: "We all must live in the world and must have tribulation. But we may also live in Christ and thus have peace."
- Penulis : David I. Santoso.
- Penulis adalah dosen Perjanjian Baru di Seminari Alkitab Asia Tenggara (Malang); gelar Master of Theology diperolehnya dari Princeton Theological Seminary (USA), dan Doctor of Ministry dari Fuller Theological Seminary (USA).