“TANPA PENUMPAHAN DARAH, TIDAK ADA PENGAMPUNAN DOSA” (IBRANI 9:22)
Pertanyaan ini sering kali
muncul dalam diskusi iman: Mengapa Allah mengharuskan penumpahan darah untuk
mengampuni dosa? Tidak bisakah pengampunan terjadi hanya dengan pertobatan atau
niat baik? Untuk memahami hal ini, kita harus menggali lebih dalam makna dosa,
kekudusan Allah, dan pengorbanan Kristus di kayu salib.
1.
DOSA ADALAH PELANGGARAN YANG SERIUS
Dosa bukan sekadar kesalahan atau kelemahan manusia biasa.
Dalam pandangan Alkitab, dosa adalah pelanggaran terhadap kekudusan dan otoritas Allah. Roma 6:23 menyatakan bahwa “upah dosa adalah maut.” Ini berarti bahwa setiap dosa, besar atau kecil, membawa konsekuensi kematian—baik secara fisik maupun rohani.Karena Allah adalah kudus dan
adil, Ia tidak bisa mengabaikan dosa. Dosa menuntut ganjaran yang setimpal, dan
ganjarannya adalah kematian. Namun, Allah juga adalah pengasih, dan di sinilah
kasih dan keadilan-Nya bertemu dalam rencana penebusan.
2.
DARAH MELAMBANGKAN NYAWA
Dalam Imamat 17:11, Tuhan
berfirman:
“Karena nyawa makhluk ada di
dalam darahnya dan Aku telah memberikannya kepadamu di atas mezbah untuk
mengadakan pendamaian bagi nyawamu.”
Darah mewakili kehidupan.
Ketika darah ditumpahkan, itu berarti nyawa dikorbankan. Jadi, penumpahan darah
dalam konteks pengampunan dosa adalah pengganti hukuman yang seharusnya
diterima oleh si pendosa.
3.
KORBAN DALAM PERJANJIAN LAMA: BAYANGAN DARI YANG AKAN DATANG
Dalam sistem ibadah Perjanjian Lama, Allah menetapkan agar umat Israel mempersembahkan hewan sebagai korban penebus dosa. Hewan yang tak bercacat ini mewakili pendosa dan menanggung hukuman dosa melalui penumpahan darahnya.
Namun, Ibrani 10:4 menegaskan bahwa, “Darah lembu jantan dan darah domba jantan tidak mungkin menghapuskan dosa.” Itu berarti korban-korban tersebut hanyalah bayangan dari korban yang sejati, yang akan datang melalui Yesus Kristus.
4.
YESUS KRISTUS: KORBAN SEMPURNA SEKALI UNTUK SELAMANYA
Yesus datang sebagai Anak
Domba Allah, hidup tanpa dosa, dan menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus.
Penyaliban-Nya bukan sekadar peristiwa tragis, melainkan pemenuhan nubuat dan
kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia.
Ibrani 9:12 menyatakan:
“Kristus telah masuk satu kali
untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus, bukan dengan membawa darah kambing
jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan
dengan itu Ia telah mendapatkan kelepasan yang kekal.”
Salib adalah titik pusat
sejarah keselamatan. Darah Kristus bukan hanya melambangkan pengampunan, tetapi
memberikan pengampunan yang sejati dan kekal.
5.
PENGAMPUNAN YANG MAHAL DAN BERHARGA
Pengampunan dosa tidak
gratis—itu gratis bagi kita, tetapi dibayar mahal oleh Yesus. Salib adalah
bukti bahwa:
·
Dosa
itu serius dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan niat baik.
·
Kasih
Allah itu luar biasa, karena Ia sendiri yang menjadi korban bagi manusia.
·
Keadilan
Allah ditegakkan, bukan diabaikan.
KESIMPULAN:
SALIB SEBAGAI PUNCAK KASIH DAN KEADILAN
Penumpahan darah dalam
pengampunan dosa bukan tentang kekerasan, tapi tentang kasih yang rela
berkorban. Melalui darah Kristus, kita bukan hanya diampuni, tapi juga
dipulihkan menjadi anak-anak Allah.
Bagi kita sebagai orang
percaya—dan khususnya bagi komunitas pelayanan seperti Ecclesia Ministry—salib
bukan hanya sejarah, tapi gaya hidup:
·
Kita
bersekutu dalam kasih Kristus.
·
Kita
melayani dengan pengorbanan seperti Kristus.
·
Kita
bersaksi bahwa hanya darah Yesus yang sanggup menyelamatkan.
“Sudah
selesai.” (Yohanes 19:30) adalah teriakan kemenangan—pengampunan sudah
diberikan, dosa sudah dikalahkan, dan hidup yang baru sudah tersedia bagi siapa
pun yang percaya. (WJ)