MENJADI SEORANG GEMBALA dalam pelayanan gereja adalah
tugas yang sangat mulia sekaligus berat. Dalam kehidupan bergereja, kita kerap
menjumpai sosok pemimpin yang begitu menginspirasi, memimpin dengan kasih,
rendah hati, dan penuh hikmat. Namun, tak bisa dimungkiri bahwa ada juga
pemimpin yang menjabat bukan karena panggilan Tuhan, melainkan karena keinginan
pribadi, ambisi, atau bahkan tekanan sosial.
Saya
meyakini bahwa kepemimpinan rohani, khususnya menjadi gembala, bukanlah sesuatu
yang dapat dipaksakan atau dikejar dengan kekuatan sendiri. Ini adalah tugas
ilahi yang menuntut respons atas panggilan Tuhan, bukan jabatan yang dikejar
demi kepentingan pribadi. Ketika seseorang mencoba mengisi peran gembala tanpa
adanya panggilan atau konfirmasi dari Tuhan, maka risiko kehancuran rohani,
baik bagi diri sendiri maupun jemaat, menjadi sangat besar.
Sebaliknya, mereka yang benar-benar dipanggil Tuhan akan memperlihatkan buah dari pelayanan yang sejati. Mereka tidak melayani demi pujian atau materi, melainkan karena kasih kepada Kristus dan domba-domba-Nya. Mereka rela berkorban, tidak mencari keuntungan, dan menjadi teladan dalam kerendahan hati dan ketaatan. Seperti yang dikatakan oleh Charles Spurgeon:
"JIKA KAMU BISA MELAKUKAN HAL LAIN SELAIN MENJADI PENDETA, LAKUKANLAH. TETAPI JIKA TUHAN MEMANGGILMU UNTUK MENGGEMBALAKAN DOMBA-DOMBA-NYA, JANGAN BERANI MELAKUKAN HAL LAIN."
Kutipan ini menegaskan betapa
serius dan sakralnya panggilan menjadi seorang gembala.
Firman Tuhan juga menegaskan pentingnya panggilan
dan sikap hati dalam melayani:
"GEMBALAKANLAH KAWANAN DOMBA ALLAH YANG ADA PADAMU, JANGAN DENGAN PAKSA, TETAPI DENGAN SUKARELA SESUAI DENGAN KEHENDAK ALLAH, JANGAN KARENA INGIN MENDAPAT KEUNTUNGAN, TETAPI DENGAN PENGABDIAN DIRI." — 1 PETRUS 5:2
Rasul Paulus juga menulis kepada
Timotius, seorang pemimpin muda dalam gereja mula-mula:
"PANGGILAN ITU TELAH MENYELAMATKAN KITA DAN MEMANGGIL KITA DENGAN PANGGILAN KUDUS, BUKAN BERDASARKAN PERBUATAN KITA, MELAINKAN BERDASARKAN MAKSUD DAN KASIH KARUNIA-NYA SENDIRI." — 2 TIMOTIUS 1:9Dan seperti yang dikatakan oleh A.W. Tozer:
"TANDA DARI SEORANG PEMIMPIN ROHANI SEJATI ADALAH BAHWA IA TIDAK PERNAH MERASA DIRINYA LAYAK UNTUK MEMIMPIN. SEMAKIN TINGGI PELAYANANNYA, SEMAKIN DALAM RASA KETIDAKLAYAKAN YANG IA RASAKAN."
Oleh
sebab itu, penting bagi gereja untuk tidak hanya melihat penampilan luar atau
kemampuan berbicara seseorang, tetapi juga menimbang secara rohani apakah
seseorang benar-benar dipanggil untuk menggembalakan umat. Gereja perlu berdoa,
menilai dengan bijak, dan mendukung orang-orang yang benar-benar memiliki
panggilan untuk melayani dengan tulus.
Semoga kita semua, sebagai tubuh Kristus, dapat semakin memahami bahwa pelayanan sejati tidak dimulai dari ambisi, tetapi dari ketaatan akan panggilan Tuhan yang kudus dan penuh kasih. (WJ)
Jika anda ingin mendownload materi ini, silahkan klik link dibawah ini:
KEPEMIMPINAN ROHANI: SEBUAH PANGGILAN KUDUS