MAKALAH PSIKOLOGI KELUARGA
OLEH: WAROY JOHN
ALASAN PENULISAN
I. PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sikap
superioritas adalah sikap atau perilaku yang mengekspresikan rasa merasa lebih
baik, lebih kuat, atau lebih dominan daripada orang lain dalam situasi
tertentu. Dalam konteks hubungan pernikahan, sikap superioritas istri adalah
perilaku di mana istri menganggap dirinya lebih unggul daripada suaminya dalam
berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam pengambilan keputusan, pengendalian
keuangan, atau dalam menjalankan peran dalam rumah tangga. Sikap superioritas
ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan hubungan pernikahan dan bisa menjadi
sumber konflik.
Dalam hubungan pernikahan, superioritas istri merujuk pada situasi di mana seorang istri merasa lebih dominan atau memiliki kendali yang lebih besar dalam pernikahan daripada suaminya. Hal ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, termasuk dalam pengambilan keputusan, kontrol finansial, pengaturan rumah tangga, atau bahkan dalam hubungan seksual. Topik superioritas istri dalam pernikahan adalah suatu hal yang kompleks dan seringkali kontroversial. Dalam beberapa kasus, superioritas istri mungkin muncul sebagai respons terhadap situasi tertentu, seperti perbedaan pendapatan atau peran sosial suami dan istri dalam masyarakat. Namun, dalam kasus lain, superioritas istri mungkin menjadi hasil dari ketidakseimbangan Peranan yang tidak sehat dalam hubungan tersebut.
B. Pentingnya
memahami dampak perilaku ini terhadap kesejahteraan pernikahan
Pemahaman terhadap superioritas istri dalam
pernikahan sangat penting karena perilaku ini dapat memiliki dampak yang
signifikan terhadap kesejahteraan pernikahan dan kesejahteraan individu di
dalamnya. Beberapa dampak penting yang perlu dipahami antara lain:
Konflik dalam Pernikahan
Superioritas istri yang berlebihan dapat memicu konflik dalam hubungan pernikahan. Suami yang merasa tidak dihargai atau dikesampingkan mungkin merasa frustasi, dan ini dapat mengarah pada konflik yang berkepanjangan.
2. Ketidakseimbangan Peranan
Superioritas istri yang tidak seimbang dapat
menghasilkan ketidakseimbangan Peranan dalam hubungan. Ini bisa merugikan kedua
belah pihak, karena pernikahan yang sehat biasanya didasarkan pada keseimbangan
Peranan dan kolaborasi.
Perasaan superioritas istri atau inferioritas
suami bisa berdampak pada kesejahteraan psikologis mereka. Hal ini bisa
menciptakan rasa tidak aman, cemas, dan merasa tidak dihargai.
Jika ada anak-anak dalam pernikahan, superioritas istri yang berlebihan atau ketidakseimbangan Peranan dapat memengaruhi dinamika keluarga dan membawa dampak pada perkembangan anak
Kesejahteraan Pernikahan
Dalam jangka panjang, superioritas istri yang
berlebihan dapat merusak kesejahteraan pernikahan secara keseluruhan dan bahkan
berpotensi mengarah pada perceraian.
Pentingnya memahami dampak perilaku superioritas
istri ini adalah agar pasangan suami-istri dapat mengatasi masalah ini secara
konstruktif dan mencari keseimbangan yang lebih sehat dalam hubungan mereka.
Komunikasi terbuka, pengertian, dan kerja sama adalah kunci untuk menjaga
kesejahteraan pernikahan dan menciptakan hubungan yang harmonis.
II. SIKAP SUPERIORITAS ISTRI
A. Penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan sikap
superioritas
Sikap
superioritas adalah sikap atau perilaku yang mengekspresikan rasa merasa lebih
baik, lebih kuat, atau lebih dominan daripada orang lain dalam situasi tertentu.
Dalam konteks hubungan pernikahan, sikap superioritas istri adalah perilaku di
mana istri menganggap dirinya lebih unggul daripada suaminya dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk dalam pengambilan keputusan, pengendalian keuangan,
atau dalam menjalankan peran dalam rumah tangga. Sikap superioritas ini dapat
berdampak negatif pada kesejahteraan hubungan pernikahan dan bisa menjadi
sumber konflik.
B. Ciri-ciri dan contoh perilaku istri yang
menunjukkan superioritas
Ciri-ciri
istri yang merasa superior atau unggul dalam hubungan pernikahan dapat
mencakup:
Istilah ini mengacu pada perilaku istri yang
menganggap dirinya lebih cerdas, kompeten, atau berpengetahuan daripada
suaminya. Hal ini sering disertai dengan sikap merasa lebih tinggi dan
merendahkan suami.
Ini mencakup kecenderungan istri untuk meremehkan atau merendahkan pandangan, ide, atau pendapat suami, bahkan ketika suaminya mencoba berkontribusi dalam percakapan atau pengambilan keputusan
3. Memerintah atau dominan dalam mengambil keputusan rumah tanggaIstri yang merasa superior mungkin cenderung
mengambil kendali dalam mengambil keputusan rumah tangga tanpa mempertimbangkan
pendapat atau keinginan suami. Mereka mungkin memandang diri mereka sebagai
pemegang kendali utama.
Istri yang merasa superior sering kesulitan
menerima kritik atau saran yang diberikan oleh suami mereka. Mereka mungkin
merasa bahwa mereka tidak perlu masukan atau bantuan dari suami.
Istri ini mungkin cenderung memamerkan prestasi
dan keberhasilan mereka sendiri tanpa mengakui usaha atau kontribusi suami.
Mereka mungkin kurang terbuka untuk memberikan pujian atau dukungan kepada
suami.
Istri yang merasa superior mungkin tidak
memperhatikan perasaan, kebutuhan, atau keinginan suami. Mereka cenderung lebih
fokus pada diri sendiri dan kurang empati terhadap suami.
Istri ini mungkin menghadapi kesulitan dalam
berkomunikasi dengan suami, terutama dalam hal mendengarkan dan memahami
perasaan serta kebutuhan suami. Mereka mungkin kurang empati dalam menghadapi
masalah atau konflik dalam hubungan.
Penting untuk dicatat bahwa setiap hubungan
memiliki dinamika unik, dan tidak semua tanda-tanda di atas akan berlaku dalam
semua kasus. Namun, jika pasangan merasa bahwa ada sikap superioritas yang
merugikan hubungan pernikahan, penting untuk mencari solusi melalui komunikasi
terbuka, pengertian, dan mungkin konseling pernikahan untuk memperbaiki
hubungan.
III. DAMPAK TERHADAP PERNIKAHAN
Sikap istri yang menunjukkan perilaku
superioritas dapat memiliki dampak negatif pada hubungan pernikahan dan
kesejahteraan suami, istri, dan pernikahan itu sendiri. Beberapa dampak yang
mungkin timbul akibat sikap ini meliputi:
1.
Ketegangan dan konflik dalam hubungan
Sikap superioritas istri dapat menciptakan ketegangan dan konflik yang berkepanjangan dalam hubungan pernikahan. Suami mungkin merasa tidak dihargai atau diremehkan, sementara istri mungkin merasa kesal karena suami tidak sepenuhnya mengikuti keinginannya. Ini bisa mengarah pada pertengkaran yang berulang dan meningkatkan ketegangan di rumah.
2.
Komunikasi yang buruk antara suami dan istri
Sikap superioritas istri seringkali menghambat komunikasi yang sehat dalam pernikahan. Suami mungkin merasa bahwa pendapat dan perasaannya diabaikan, sehingga sulit untuk mereka untuk berbicara secara terbuka. Ini dapat menghasilkan komunikasi yang buruk dan ketidakpahaman antara pasangan. (KLIK UNTUK MEMBACA BAGIA 2)