BAGAIMANA MENJADI SEORANG PEMIMPIN SAAT KRISIS ?
Hal terburuk dalam hidup Anda mungkin mengandung
benih-benih terbaik. Jika Anda memandang krisis sebagai peluang, hidup
Anda tidak pernah menjadi lebih mudah, tetapi lebih memuaskan. (Joe
Kogel)
Berikut ini adalah tujuh pelajaran bagi para pemimpin yang dituntut untuk membawa organisasi mereka melewati sebuah krisis.
Pelajaran
1: Pemimpin harus menghadapi kenyataan. Kenyataan bermula dari orang
yang bertanggung jawab. Para pemimpin perlu melihat diri mereka sendiri
dalam cermin dan mengenali peran mereka dalam menciptakan berbagai
masalah. Kemudian, mereka harus mengumpulkan tim dan mencapai kata
sepakat tentang akar masalahnya. Pengakuan luas terhadap kenyataan
merupakan langkah penting sebelum masalah dapat diselesaikan. Mencoba
mencari perbaikan-perbaikan jangka pendek yang sesuai dengan gejala
krisis hanya akan memastikan bahwa organisasi tersebut akan kembali pada
keadaannya semula.
Untuk memahami alasan sebenarnya dari sebuah
krisis, setiap orang yang berada dalam tim kepemimpinan harus bersedia
menceritakan seluruh kebenarannya. Pemimpin tidak dapat menyelesaikan
masalah jika mereka tidak mengakui keberadaan mereka.
Pelajaran
2: Tak peduli seburuk apa pun keadaannya, keadaan itu akan bertambah
buruk. Diperhadapkan pada berbagai berita buruk, banyak pemimpin tidak
dapat percaya bahwa hal-hal ternyata begitu suram. Akibatnya, mereka
berusaha meyakinkan sang pembawa berita buruk bahwa hal-hal tidak
seburuk itu dan reaksi yang cepat akan dapat mengusir masalah.
Hal
ini mengakibatkan para pemimpin meleset dari sasaran dalam hal
tindakan-tindakan korektif. Akibatnya, mereka akan mengambil serangkaian
langkah, yang tidak satu pun di antaranya cukup kuat untuk memperbaiki
lingkaran sasaran yang menurun. Jauh lebih baik jika para pemimpin
mengantisipasi keadaan terburuk dan keluar dari keadaan tersebut. Jika
mereka menyusun ulang basis biaya untuk masalah terburuk, mereka dapat
menjaga organisasi tetap sehat saat perubahan haluan terjadi dan
mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
Pelajaran 3:
Bangunlah gunung uang tunai dan capailah bukit tertingginya. Pada
masa-masa menyenangkan, para pemimpin lebih khawatir akan keuntungan per
saham dan pertumbuhan pendapatan daripada tentang neraca mereka. Dalam
sebuah krisis, uang tunai adalah raja. Lupakan tentang keuntungan per
saham dan semua perhitungan pasar saham. Pertanyaannya adalah "Apakah
organisasi Anda memiliki uang tunai yang cukup untuk bertahan dalam
keadaan yang paling mengerikan?"
Pelajaran 4: Lepaskan dunia dari
bahu Anda. Pada masa krisis, banyak pemimpin bertindak seperti Atlas,
memanggul bola dunia di bahunya. Mereka menyendiri dan berpikir bahwa
mereka dapat menyelesaikan masalah yang ada seorang diri. Kenyataannya,
pemimpin membutuhkan bantuan anggota timnya untuk merancang solusi dan
mengimplementasikannya. Hal ini berarti membawa tim Anda menuju rasa
percaya diri mereka, meminta bantuan dan ide-ide mereka, serta
mendapatkan komitmen mereka terhadap berbagai tindakan korektif yang
menyakitkan.
Pelajaran 5: Sebelum meminta orang lain untuk
berkorban, ajukan diri Anda sendiri terlebih dahulu. Jika memang harus
ada sesuatu yang dikorbankan, pemimpin harus melangkah maju dan
memberikan pengorbanan yang paling besar. Semua orang mengawasi apa yang
akan dilakukan sang pemimpin. Apakah pemimpin akan tetap teguh pada
nilai-nilai mereka? Ataukah mereka akan tunduk pada berbagai tekanan
dari luar, atau menghadapi secara langsung krisis tersebut? Apakah
mereka akan terbujuk dengan penghargaan-penghargaan jangka pendek
ataukah mereka akan melakukan pengorbanan jangka pendek untuk
memperbaiki situasi jangka panjang?
Pelajaran 6: Jangan pernah
menyia-nyiakan sebuah krisis yang baik. Saat hal-hal berjalan baik,
orang-orang menolak berbagai perubahan penting atau mencoba melakukan
berbagai adaptasi kecil-kecilan. Sebuah krisis menyediakan suatu
platform bagi pemimpin untuk menyelesaikan semua hal yang diperlukan
dengan cara apa pun dan menawarkan rasa urgensi untuk mempercepat
implementasi.
Pelajaran 7: Agresiflah di pasar. Ini mungkin
terdengar kontraintuitif, namun sebuah krisis menawarkan kesempatan
terbaik untuk mengubah permainan sesuai selera Anda, dengan berbagai
produk atau layanan baru untuk mendapatkan pangsa pasar. Banyak orang
melihat sebuah krisis sebagai sesuatu yang harus dilewati, sampai mereka
dapat kembali ke bisnis seperti biasanya. Namun, "bisnis seperti
biasanya" itu tidak pernah kembali karena pasar telah mengalami
perubahan yang tidak dapat ditarik kembali. Daripada menunggu dan
bereaksi terhadap berbagai perubahan yang terjadi, mengapa tidak
menciptakan berbagai perubahan yang menggerakkan pasar sesuai selera
Anda? (t/Berlin B.)
Diterjemahkan dari :
Nama situs: The Wall Street Journal
Alamat URL: http://guides.wsj.com/management/developing-a-leadership-style/how-to-lead-in-a-crisis/
Judul asli artikel: Leadership in a Crisis – How To Be a Leader
Penulis: Bill George
Tanggal akses: 1 Oktober 2013
Home
Leadership
Menjadi Pemimpin Yang Kritis
Menjadi Pemimpin Yang Kritis
Jumat, Februari 28, 20140 komentar

