Beberapa hari yang lalu, saya berkesempatan untuk berpartisipasi dalam
sebuah konferensi kepemimpinan bersama Dr. Greg Jones, mantan dekan
Sekolah Theologi Duke, dan Dr. John Upton, presiden Baptist World
Alliance dan Dewan Misi Baptis Virginia. Minggu depan, saya akan
membagikan pemikiran Greg Jones dalam hal kepemimpinan, tetapi hari ini
saya pikir Anda mungkin ingin mendengar apa yang dikatakan oleh John
Upton.
Dr. Upton membuat daftar lima belas karakteristik yang
dimiliki oleh pemimpin gereja yang inovatif, berdasarkan pengamatannya
selama membangun relasi dengan para pemimpin Gereja Baptis dan para
pemimpin tradisi kekristenan lainnya. Dr. Upton mengatakan bahwa
karakter dalam daftar ini tidak disusun berdasarkan prioritas, namun
dapat diamati dalam diri para pemimpin yang telah ditemuinya di
negara-negara tempat gereja berkembang.
1. Seorang pemimpin menciptakan peluang.
Dr.
Upton mengatakan bahwa pemimpin hidup dalam konteks penemuan,
eksplorasi, dan pembelajaran. Dari konteks keingintahuan itulah, para
pemimpin membuka ruang-ruang bagi terciptanya hal-hal baru.
2. Seorang pemimpin boleh berkata, "Saya tidak tahu."
Mengakui
dengan jujur bahwa Anda sebagai seorang pemimpin tidak memiliki semua
jawaban, akan membuka jalan bagi orang lain untuk mengeksplorasi,
bereksperimen, dan menemukan hal-hal yang bahkan tidak terpikirkan oleh
Anda sebagai seorang pemimpin. Dr. Upton berpendapat bahwa saat seorang
pemimpin berkata "Saya tidak tahu," ia memberi izin kepada orang lain
untuk "mencari tahu", sementara pemimpin itu menawarkan masukan dan
dukungan bagi mereka yang mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan baru.
3. Seorang pemimpin bukanlah pemain terbaik, tetapi lebih merupakan seorang yang mengembangkan bakat setiap anggotanya.
Upton
menggunakan ilustrasi sebuah orkestra yang dipimpin oleh seorang
konduktor. Seorang konduktor mungkin tidak cukup terampil untuk duduk
dalam bagian musik apa pun, tetapi dia menyatukan semua bakat para
pemusik ke dalam suatu orkestra sehingga menjadi perpaduan yang indah
dari harmoni dan energi.
4. Seorang pemimpin membagikan visi mengenai suatu harapan.
Saat
ini, istilah "membagikan visi" berarti menyajikan program atau konsep
yang telah tersusun rapi. Akan tetapi, Upton menentang hal itu dengan
berpendapat bahwa para pemimpin besar seperti Churchill dan FDR
(Franklin Delano Roosevelt, presiden Amerika Serikat pada masa perang
dunia II, red.) membagikan visi mengenai suatu harapan. Dari sebuah
harapan, seseorang akan menuju pada suatu kesempatan, berinovasi dalam
situasi mereka. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan yang dapat diharapkan dari visi tunggal seorang pemimpin.
5. Seorang pemimpin bertumbuh di dalam sebuah paradoks.
Para
pemimpin besar mampu menerima dua pandangan yang bertentangan dalam
pikirannya dan menghasilkan solusi yang mempertimbangkan semua
kemungkinan. Saya merekomendasikan sebuah sumber [bacaan] yang baik
mengenai hal ini: "The Opposable Mind: Winning Through Integrative
Thinking" oleh Roger L. Martin.
6. Seorang pemimpin akrab dengan kekacauan.
John
Upton mengamati bahwa pemimpin yang baik selalu memiliki sesuatu yang
dapat digambarkan secara metafora sebagai persediaan pita perekat untuk
memperbaiki segala sesuatu dengan cepat dalam keadaan darurat. Menurut
pengamatan Upton, seorang pemimpin dapat "merasa nyaman di tengah-tengah
kegilaan", suatu istilah yang, menurut saya, artinya tidak sama dengan
"merasa nyaman di tengah-tengah kekurangan fokus".
7. Seorang pemimpin melakukan sesuatu dan mengulanginya lagi.
Tidak
ada solusi yang mutlak dalam setiap organisasi. Solusi hari ini dapat
menjadi kendala di esok hari. Seorang pemimpin menyadari perlunya
meninjau dan mengevaluasi ulang tujuan maupun prestasi organisasinya,
namun tetap terukur.
8. Seorang pemimpin tahu kapan harus menunggu.
Pemilihan
waktu dapat sama pentingnya dengan visi. Belajar menunggu dengan sabar
untuk waktu, suasana, dan orang yang tepat untuk diikutsertakan dalam
suatu proyek dapat menjadi hal yang sangat penting untuk keberhasilan
proyek itu. Kesabaran adalah suatu nilai yang baik, bukan hanya dalam
teori, melainkan juga dalam hal memimpin gereja.
9. Seorang pemimpin bersifat optimis.
Menurut
pendapat Upton, memiliki sifat optimis berarti "percaya bahwa dunia ini
bisa menjadi tempat yang lebih baik, kita bisa membuat perbedaan".
Optimisme bukanlah pengabaian realitas secara membabi-buta, melainkan
suatu sikap pengharapan jangka panjang.
10. Seorang pemimpin menyampaikan gambaran besar, tetapi juga mengurus detail-detailnya.
Sebuah
skema yang besar memang mengagumkan dan orang-orang membutuhkan visi
yang menyeluruh. Namun, sebagaimana yang konon dikatakan oleh arsitek
Mies van der Rohe, "Allah hadir dalam detail-detail kecil", rupanya, itu
tak hanya berlaku dalam bidang arsitektur, tetapi juga dalam hal
memimpin gereja.
11. Seorang pemimpin juga membuat kesalahan, tetapi menciptakan budaya tidak menyalahkan.
"Saya
lebih suka menghargai kegagalan besar daripada menghargai keberhasilan
yang biasa-biasa saja," Upton berkomentar. Melakukan kegagalan tanpa
terus-menerus dipersalahkan bukanlah sesuatu yang buruk dalam
berorganisasi, hal itu bahkan merupakan bagian dari pembelajaran dalam
budaya yang inovatif.
12. Seorang pemimpin sungguh-sungguh menghargai suatu bakat.
Para
pemimpin besar, menurut Jim Collins, mengelilingi diri mereka dengan
orang-orang yang sangat berbakat, dan menunjukkan pribadi yang rendah
hati ketika berbicara tentang prestasi kelompok mereka. Menurut Upton,
pemimpin besar menarik, memelihara, mendidik, dan menghargai suatu
bakat.
13. Seorang pemimpin berjejaring untuk belajar dari pemimpin yang lain.
Pemimpin
yang benar-benar baik bukanlah satu-satunya sumber ide atau informasi
dalam organisasi mereka. Jejaring yang menghubungkan mereka dengan
sesama pemimpin di organisasi, departemen, atau kelompok sejenis
organisasi lainnya menciptakan budaya ingin mengetahui lebih banyak dan
bereksplorasi.
14. Seorang pemimpin mengenal dirinya dengan baik.
Ini
mungkin salah satu kualitas yang paling sulit dalam bidang
kepemimpinan. Pengenalan terhadap diri sendiri yang dibarengi dengan
disiplin pribadi, memisahkan pemimpin yang baik dengan pemimpin yang
terbaik dalam bidang ini. Seorang pemimpin yang mengakui bahwa "Saya
tidak memegang kendali" atas segala sesuatu, yang merupakan sepupu dari
"Saya tidak mahatahu", memungkinkan orang lain untuk berhasil, dan
menyatakan bahwa pemimpin itu memahami keterbatasan dirinya sendiri.
15. Seorang pemimpin mengambil waktu untuk beristirahat.
Tidak
ada imbalan bagi para pendeta yang berkata, "Saya tidak pernah
mengambil liburan." Seorang pemimpin perlu untuk beristirahat dari
tekanan kepemimpinan supaya ia dapat mengambil jeda, mengisi ulang
energinya, dan membuat evaluasi ulang. Pikirkan pemeliharaan preventif
bagi para pendeta, maka Anda pasti dapat membayangkannya. Seorang
pemimpin besar mengambil jarak, memiliki ketertarikan kepada hal yang
lain, memperhatikan hubungan-hubungan yang mereka miliki, dan mengenali
kebutuhan mereka untuk memandang dari jauh.
Hal-hal di atas
merupakan lima belas karakteristik para pemimpin besar menurut John
Upton, berdasarkan pengalaman dan pengamatannya. Adakah sifat atau
tindakan praktis yang dapat Anda tambahkan dalam daftar tersebut? Atau,
bagaimanakah Anda akan mengurutkannya berdasarkan prioritas sesuai
dengan jenis pelayanan Anda? (t/Okti)
Diterjemahkan dan disunting dari:
Nama situs: ChurchLeaders.com
Alamat URL: http://www.churchleaders.com/pastors/pastor-blogs/161049-chuck_warnock_15_traits_of_innovative_leaders.html
Judul asli artikel: 15 Traits of Innovative Leaders
Penulis: Chuck Warnock
Tanggal akses: 3 Desember 2013
Home
Leadership
SIFAT PEMIMPIN INOVATIF
SIFAT PEMIMPIN INOVATIF
Jumat, Februari 28, 20140 komentar
Label:
Leadership
Lokasi:
Bogor, West Java, Indonesia

